
Dalam
hal ini masyarakat sebagai subjek dalam berpolitik menjadi sisi vital dalam
kegiatan berpolitik, karena saat ini politik yang terjadi telah menyandang stigma negative dari masyarakat mengenai
politik itu sendiri, padahal yang membuat stigma negative politik yakni
masyarakat sendiri dan yang menjustice politik juga masyarakat sendiri politik itu bulsyit , politik itu sampah , politik itu kejam, politik itu
keras, dalam politik itu kawan bisa
menjadi lawan, lawan bisa menjadi kawan , dan tidak ada yang abadi kecuali kepentingan, setidaknya gambaran
seperti itulah yang di asumsikan masyarakat saat ini gambaran tentang suatu
fenomena yang sudah melekat dan
membudaya dalam denyut nadi masyarakat. Stigma negative yang di justice kan
pada politik itu seolah bertolak belakang pada sejarah politik yang seharusnya politik
itu damai, politik itu mensejahterakan,
bukannya menjadi lumbung alternatife dalam segala kepentingan. hanya saja dalam perkembangan
dan pelaku politik saat ini sudah jauh
berbeda entah karena peradaban zaman yang berbeda atau karena lain sebagainya.
Permasalahan politik pada masyarakat saat ini
memang sudah seperti benang kusut yang sangat sulit untuk mengurai semua itu ,
karena masyarakat kita mulai dari lingkungan kalangan bawah hingga atas sudah
diajarakan dan di pertontonkan kebusukan – kebusukan politik, seperti yang sudah kita saksikan pada pemilu
2014 kemarin masyarakat kita dengan ikhlas dan pasrah mempertaruhkan lima puluh ribu rupiah untuk
lima tahun nasibnya, entah atas dasar apa atau bagaimana masyarakat semua begitu mudah merelakan
nasibnya untuk kemaslahatan dirinya, sedangkan
negeri kita membutuhkan orang-orang baik yang lahir dari tengah
masyarakat yang baik bukan dari masyarakat yang bermental politik kotor untuk menghiasi
kursi parlemen dan tampuk kepemimpinan presiden. Pemilu 2014 menjadi pertaruhan
politik bagi masyarakat, ajang pemilu tak saja merombak peta kekuatan
politik antarparpol, tapi juga menentukan arah kebijakan nasional. Gerbong
politik di DPR mengalami perombakan dengan hasil akhir dari pertarungan politik
anggota legislatif dalam pemilihan umum. Namun kita sebagai rakyat hanya
menjadi penggembira sesaat, penonton bayaran dalam pesta demokrasi politik.
Politik tidak baik tersebut telah meracuni kita semua misalnya saja ketika dalam masyarakat untuk setingkat RT
maupun RW saja sering kita jumpai mengenai suatu perlakuan khusus terhadap
orang khusus demi melancarkan kepentingan sendiri ataupun dalam seseorang
berumah tangga dalam kehidupan sehari hari tak jarang ditemukan politik dari
suami ke istri atau sebaliknya demi untuk kepentingan sesaat. Mengapa dan kenapa
semua ini? Ataukah memang politik dalam masyarakat saat ini harus
seperti politik yang dilakukan Karl Max yang memiliki pandangan politik radikal
sehingga harus memaksanya pindah dari paris karena faham Marxisme nya. Seorang politikus Indonesia Sawiran SE juga
mengatakan berpolitik adalah seni mensejahterakan masyarakat, politik tak hanya dari sekadar
mengumbar slogan dan kosakata yang penuh retorika semata. Dalam teori politiknya Socrates juga ber asumsi bahwa politik adalah selalu berupaya jujur, adil dan rasional dalam hidup
kemasyarakatan.
Masyarakat harus disadarkan bahwa politik tidak hanya demokrasi basa basi bukan hanya kompetisi bebas dengan
menggunakan partai-partai untuk merebut jabatan pemerintahan, tetapi
politik juga
adalah menghormati harkat martabat hidup manusia dan membangun sistem demokrasi,
ekonomi, dan sosial yang berdikari.
Bentuk-bentuk kontributif masyarakat dalam
berpolitik yang bersih sendiri adalah hal abstrak karena setiap orang
memiliki cara yang berbeda-beda untuk berpolitik. Kontribusi tidak harus dengan
mengkampanyekan politik bersih atau lain sejenisnya,
tetapi dengan memulai dari diri sendiri dan keluarga untuk menjadi bagian dari
masyarakat yang berpolitik bersih dan menejahterakan adalah sebagai suatu bentuk dari kontribusi. jadi dengan kontribusi, menentukan
pandangan dan menjalankan perilaku politik bersih.
Masyarakat akan menilai seseorang dalam hal ini sebagai pelopor
dalam politik bersih walaupun itu
dimulai dari diri sendiri. Masyarakat adalah
suatu elemen bangsa, disaat itulah pemahaman akan politik itu mensejahterakan,
politik itu besih, politik itu suci yang harus disadarkan mulai saat ini masyarakat
perlu digugah kembali untuk dapat
mewujudkan masyarakat sebagai pelaku
politik yang bersih dan suci, bersih dan mesejahterakan.*(Maulana)
No comments:
Post a comment