Jika diibaratkan,
universitas merupakan miniatur dari sebuah Negara. Dimana jika pada sebuah
Negara ada rakyat, pemerintah, wilayah pemerintahan serta sistem yang mengatur.
Begitu pula dalam kampus, simbolisasi dari semua hal tersebut yaitu dengan
adanya mahasiwa yang dapat dikatakan rakyat. Pemerintah yang kali ini dimainkan
oleh birokrat kampus dari mulai dekanat (fakultas) hingga tingkat rektorat
(universitas). Wilayah pemerintahan yang terwujud dalam sebuah wilayah kampus.
Dan tentu saja sistem pada pemerintahan juga tercipta di sebuah universitas.
Bahkan untuk masalah sistem ini, tak hanya berlaku pada konteks Negara dan
universitas saja melainkan ada pada semua hal yang berdiri dan membutuhkan
keteraturan di dunia ini.
Sama halnya
dengan sebuah pemerintahan Negara, dalam universitas kehidupan politik juga
sangat akrab ditemui. Tentu dengan tingkatan yang berbeda. Beberapa hari yang
lalu, Negara baru saja menyelenggarakan sebuah pesta demokrasi besar untuk
memilih orang-orang yang mewakili suara rakyat di kursi legislatif. Tidak
berhenti sampai disitu, karena pada juli nanti Negara kembali disibukkan dengan
sebuah prosesi yang luar biasa lagi, yaitu pergantian kursi orang nomer satu di
Indonenesia ini.
Hal-hal
tersebut tentu saja sangat berkaitan dengan Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel (UINSA), sebuah contoh miniatur Negara. Karena seperti halnya dengan
Indonesia yang baru saja melangsungkan pemilihan umum (PEMILU) untuk memilih
anggota legislatif, di UINSA juga akan berlangsung beberapa pemilihan yang
bersifat demokratis untuk pergantian kepemimpinan sebuah organisasi intra
mahasiswa yang ada di tiap-tiap jurusan pada semua fakultas. Setelah
berakhirnya pesta demokrasi di tingkat fakultas, hal ini juga akan berlanjut di
tingkat Universitas untuk memilih presiden dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi (FDIK) bisa dijadikan sebuah contoh fakultas untuk
disoroti. Bagaimana dinamika politik di dalamnya yang telah bekembang luar
biasa dari mulai organisasi Intra mahasiswanya di tiap jurusan dan program
studi. Seperti yang telah diketahui bahwa di Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi (FDIK) ada beberapa jurusan dan program studi. Yaitu; Sosiologi,
Bimbingan Konseling Islam (BKI), Psikologi, Komunikasi, Komunikasi Penyiaran
islam (KPI), Managemen Dakwah (MD), dan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI). Dari
kesemua jurusan tersebut memiliki organisasi intra mahasiswa yang utama berupa
Himpunan Mahasiswa Jurusan disingkat HMJ maupun Himpunan Mahasiswa Program
Studi yang disingkat menjadi HIMAPRODI.
Pada periode
ini, para pengurus HMJ dan HIMAPRODI dari berbagai jurusan tersebut akan
melakukan regulasi kepemimpinan mereka. Prosesi itu akan dilangsungkan dalam
beberapa waktu dekat ini. Namun, apa yang menarik dari semua hal tersebut ?
tentu saja praktik politik yang ada di dalamnya.
Banyak sekali
intrik politik yang dapat ditemui di dalamnya sama halnya ketika akan
berlangsungnya sebuah pergantian kursi kepemimpinan dan kuasa pada sebuah
Negara, dan hal itu pula yang berlaku di sebuah miniatur Negara yaitu
Universitas, sekalipun ia juga merupakan sebuah lembaga pendidikan.
Memang, politik
bisa ditarik menjadi banyak arti sesuai dengan sudut pandang memaknainya, namun
pada dasarnya salah satu sudut pandang menyebutkan bahwa politik menjadi dasar
dari sebuah kegiatan yang diarahkan untuk
mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat. Untuk sekelas Universitas,
pemilihan umum dalam menentukan sebuah pemimpin baru HMJ maupun HIMAPRODI diwarnai
dengan berbagai lobi-lobi politik sederhana.
Menghimpun
suara dari kedekatan
Money politic yang tidak asing lagi dalam sebuah masyarakat
Negara, mungkin tidak bisa ditemukan banyak di tingkat Universitas menjelang
proses pergantian kepemimpinan dan pemindahan kuasa. Lantas cara apa yang
digunakan orang-orang yang menjadi calon penguasa berikutnya untuk meraih kursi
kepemimpinan itu ?.
Langkah
tersebut nyatanya begitu sederhana, contoh yang seringkali dijumpai akhir-akhir
ini yaitu upaya-upaya ‘pendekatan’ yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu. Mereka
yang umumnya berangkat dari semester 4 cenderung menghimpun suara dari para
juniornya.
Melakukan pendekatan-pendekatan,
baik secara terbuka langsung dengan memaparkan rencana-rencana kerjanya ke
depan, maupun pendekatan yang lebih bersifat emosional seperti teman ngobrol
dan ngopi. Tanpa melibatkan politik uang yang lebih bersifat praktis.
Janji-janji
akan akses mudah
Persaingan yang
timbul karena hal ini pun juga tidak asing lagi ditemui. Untuk itu, mereka yang
menginginkan akan berlomba-lomba untuk memberikan berbagai janji-janji.
Diantaranya; janji akan akses mudah untuk mengurus ini dan itu. Beberapa
orang-orang yang terlibat dalam persaingan tersebut juga berusaha menciptakan
karisma pada dirinya untuk membawa program-program yang sengaja dikemas
secantik mungkin, guna memuluskannya naik ke kursi kuasa.*(Raga)
No comments:
Post a comment