Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel
Surabaya mendapat kehormatan menjadi tuan rumah dalam Kongres BEM Se Nusantara.
Kongres ini resmi dibuka oleh ibu Suhartini selaku Dekan FDIK UIN Sunan Ampel
Surabaya pada pagi 20 Maret 2014 saat Seminar Internasional dalam rangka Dies
Natalies FDIK. Pada kongres yang diadakan 20-21 Maret ini membahas tentang
pokok lanjutan mengenai kongres sebelumnya di Purwokerto.
Forum Komunikasi Mahasiswa Dakwah Indonesia (FKMDI) yang
sekarang berubah nama menjadi Asosiasi Mahasiswa Dakwah Indonesia (AMDIN) lahir
dari kegelisahan para Mahasiswa dalam satu Afiliasi Kemenag yang merasa kurang di akomodir untuk kepentingan Mahasiswa karena
pergerakan yang seperti itu mayoritas hanya dari jurusan sehingga terkesan
individual. Forum ini terbentuk saat RAKERNAS (Rapat kerja Nasional) di Jogja
dan mengundang semua kampus dibawah afiliasi Kemenag se Indonesia, dilanjutkan
hingga Rakornas di Purwokerto yang megawali nama dari FKMDI menjadi AMDIN
karena atas dasar bahwa Asosiasi lebih mempunyai kekuatan hukum yang
terorganisir itulah yang mendasari berubahnya FKMDI menjadi AMDIN.
AMDIN sendiri belum genap berumur dua tahun, jadi bisa dibilang
organisasi yang
baru terbentuk. AMDIN berada dalam afiliasi dosen-dosen serta Dekan
Fakultas Dakwah yang tergabung dalam Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia (APDIN).
Dalam AMDIN masih banyak permasalahan yang terjadi dari mulai Anggaran Dasar/
Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang masih harus dikaji ulang hingga jadwal
kegiatan AMDIN itu sendiri. “tentang banyaknya permasalahan yang ada di AMDIN,
saya rasa itu wajar karena kita masih baru” jelas Muhammad Shidiq. Dari kongres
ke kongres yang harusnya menjadi pembahasan yang berbeda, menjadi sebaliknya.
Dikarenakan anggota yang hadir tidak selalu sama, jadi anggota yang tidak ikut
kongres sebelumnya tidak paham tentang bahan yang akan dibahas pada kongres
yang diikutinya. Jadi para pengurus menjelaskan mulai dari awal lagi. “saya
minta pada saat saya pulang nanti saya membawa hasil agar bisa diberikan kepada
teman-teman dakwah yang lain”, ujar mahasiswa UIN Sunan Kalijaga itu. Karena pada
kongres-kongres sebelumnya hanya membicarakan seputar sejarah berdirinya AMDIN
saja. Jadi para anggota yang datang hanya membawa hasil yang masih “mentah”
jelasnya kembali. Maksudnya dari hasil yang masih “mentah” adalah yaitu hasil
yang belum bisa diresmikan karena lagi-lagi tentang anggota yang tidak terlalu
banyak hadir dalam kongres itu.
Tujuan dibentuknya AMDIN sendiri adalah untuk mengubah
persepsi masyarakat tentang fakultas dakwah. Persepsi masyarakat umum yang
menganggap bahwa lulusan fakultas dakwah hanya akan menjadi da’i. “Sedangkan
banyak sekali jurusan-jurusan atau pun program studi yang tidak berfokus pada
dakwah islam” jelas Anang selaku
Ketua Panitia dalam kongres tersebut. Jadi AMDIN juga membantu agar lulusan mahasiswa
fakultas dakwah tidak diaanggap “calon da’i” di mata masyarakat umum. Setelah
diadakan beberapa pertemuan di UIN Sunan Ampel Surabaya. Pada akhirnya, kongres
itu membuahkan hasil. Hasil yang didapat dari kongres di UIN Sunan Ampel
Surabaya adalah penambahan AD/ART dan akan dirilisnya sebuah buku agar
masyarakat umum mengetahui lebih dalam tentang fakultas dakwah dan dapat
mengubah persepsi mereka tentang lulusan fakultas dakwah yang hanya bisa
berprofesi da’i saja serta penyusunan program kerja untuk kegiatan selanjutnya.
“Dalam buku itu membahas tentang Agama, Kebudayaan, Politik, Ekonomi, Pendidikan dan Hukum di Indonesia” ujarnya kembali. Dalam kongres itu juga menjelaskan kembali
tentang Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) dan Garis-garis Besar Haluan
Kerja (GBHK).
No comments:
Post a comment