Hari tepat menunjukkan pukul 10 siang. Dari
kejauhan, terlihat sesosok gadis berdiri di dekat jendela kamarnya dengan
pandangan yang kosong. Pikirannnya mengarah pada satu bulan sebelumnya, 13 juli
lalu hasil dari usahanya untuk
mendaftarkan diri di pergguruan tinngi yang diinginkannya telah
membuahkan hasil yang mengecewakan untuknya.
''Tok..tok..tokk..Shila Shila,'' terdengar suara lembut seorang wanita paruh baya dari balik pintu kamar. Namun shila masih tampak mematung tanpa geming, tak menjawab dan bahkan mengabaikan sumber suara. Ia tetap terdiam menahan kemarahannya, matanya sayu dengan tatapan kosong menandakan kesedihan yang teramat dalam di hatinya.
Wanita yang telah lama berada dibalik pintu itu pun akhirnya
masuk kekamarnya. ''Shila, kenapa gak jawab panggilan Ibu? Sudah
siang kamu makanlah dahuulu,” bujuk Ibu Shila. Namun masih dengan mata
yang penuh kesedihan, sekilas ia memandang Ibunya dan berkata ''aku belum lapar bu.''
Ibunya yang mendengar jawaban Shila yang seperti
itu pun tak kuat hati, kemudian mendekat lantas membelainya dengan
halus, ''Ibu tau kamu kecewa tapi
bukan seperti ini caranya kamu bersikap, kamu memang telah gagal dengan
pilihanmu,
tapi kamu harus yakin bahwa kamu
akan menemukan pilihan yang lebih
baik,'' Kata
itu melantun lembut dari bibir sang Ibu.
Mendengarnya, Shila tak
lagi kuat menahan emosi dalam dirinya hingga emosi itu meluap menjadi butiran air
mata. Tak tahan melihat putri kesayangannya bersikap seperti itu, sang Ibu
pun berjalan keluar, dan meneteskan air mata pula. Kemudian sang
Ibu kembali ke kamar Shila dengan membawakan nasi agar Shila mau memakannya. ''Shila ini makan dulu,'' seru Ibunya. Dan
kemudian Ibunya pun pergi meninggalkannya karena memang masih banyak yang harus
dikerjakan.
Sedangkan Shila masih terdiam dan membisu menyimpan kekecewaan yang terus
mengerogoti hatinya. Sekilas ia memandang kearah nasi yang dibawakan Ibunya,
namun ia tetap diam dan tak beranjak sedikitpun dari tempatnya. Setelah lama kemudian ia pun merasakan kesedihan Ibunya karena melihatnya tak lagi memiliki semangat. Akhirnya Shila pun
beranjak dari tempatnya kemudian ia mengambil dan memakan nasi yang telah
dingin itu.
Hampir satu bulan sudah sikap Shila tak berubah.
Masih terus diam dan diam dalam kesunyian hatinya. Kekecewaannya yang mendalam
itu membuat ia tak lagi bersemangat untuk meraih cita-citanya lagi. Ibu dan
bapaknya hanya bisa bersedih dengan keadaan Shila yang seperti itu. Mereka
hampir menyerah karena tak satupun nasehat mereka didengar oleh Shila.
Kegelapan itu terus
menyelimuti hati Shila. Hingga suatu ketika mendengar lantunan ayat-ayat
Al-Qur`an dalam kesunyian malam, lantunan ayat-ayat itu terdengar merdu dari
kamar orang tuanya, ia pun mulai mendekat kepada asal suara, dan semakin lama
ia mendengarkan ayat-ayat suci itu memberi kedamaian dihatinya, hingga ia
tersadar ia telah salah atas kemarahannya kepada tuhan yang menurutnya sempat
mengecewakan dirinya.
Malam semakin larut. Ia pun mencoba berfikir
dengan tenang, hatinya kini mulai tergerak untuk membawa tubuhnya berwudhu dan
bersujud kepada yang maha kuasa. Semakin lama ia bersujud tetesan air matanya
mengalir semakin deras. Ia mencurahkan segala isi hatinya kepada tuhannya. Setelah itu ia mencoba untuk mengaji. Lantunan
ayat-ayat indah itu semakin membawanya pada ketenangan jiwa hingga tak terasa
telah hampir 1 jus ia membaca mushaf Al-Qur'an itu. Dan akhirnya ketenangan jiwa itu mampu membawanya tertidur dengan nyaman.
Keesokan harinya Shila
dengan hati yang tenang menemui Ibu dan Bapaknya, seperti mendapatkan
semangatnya kembali “bu pak, Shila masih mau kuliah meskipun bukan dibidang
yang Shila inginkan,” kata Shila meminta kepada orang tuanya. Perkataan itupun
terdengar seperti siraman kehidupan yang memecahkan keheningan diantara mereka.
Tawa-tawa kecil dan senyum kebahagiaan hadir kembali dalam keluarg kecil itu.
Siang itu pun menjadi siang yang penuh keindahan
bagi keluarga Shila. Masa-masa kuliah pun ia jalani dengan ikhlas dan sabar
hingga akhirnya ia dapat lulus dengan nilai terbaik diantara wisudawan yang
lainnya dan ia pun langsung mendapat pekerjaan. Ia pun tersadar bahwa tuhan
akan selalu menunjukan jalan yang terbaik untuk hambanya.
No comments:
Post a comment