Bapak, ibu, dan anak adalah berbagai komponen yang
membentuk satu kesatuan yang dinamakan keluarga. Dalam suatu keluarga terdapat
aturan, kebiasaan atau budaya, dan ketetapan-ketetapan tertentu yang mengatur
jalannya sebuah keluarga itu. Tapi dengan adanya aturan-aturan dan sebagainya
akan memunculkan sebuah keharmonisan yang membuat penghuninya nyaman, begitu
pula dengan keluarga kecil Ara-aita
Begitu juga dengan Ara-aita yang di kental akan
tradisi kekeluargaannya. Di sela-sela kegiatan padat Ara-aita, terdapat
kebiasaan yang tidak dapat di hilangkan, contohnya makan berbaris dalam artian berjejer
lurus memanjang, masak-masak ketika ada acara tertentu, bahkan setiap
angkatan memiliki kata kunci pengerat antar angkatan. Dengan begitu rasa
kekeluargaan dalam keluarga kecil Ara-aita
dapat di pertahankan.
Seperti idealnya sebuah keluarga adalah suatu kesatuan
yang terdiri dari kepala keluarga sebagai pemimpin, dan anggota keluarga yang
merupakan komponen penting dalam keluarga, bisa berupa anggota muda dalam
keluarga hingga orang yang di tuakan atau di hormati dalam keluarga tersebut.
Di dalam keluarga itu sendiri, harus memiliki perekat antara satu anggota
keluarga dengan angota keluarga yang lain. Beberapa di antaranya adalah menjaga
kepercayaan antara satu dengan yang lain, saling menghormati pendapat dan tidak
memprioritaskan pendapat atau keputusan sendiri, maka jika dalam suatu keluarga
memiliki komponen tersebut akan memunculkan suatu keharmnisan. Tanpa
keharmonisan, suatu keluarga akan hancur, terpisah, dan tercerai-belai.
Dalam satu keluarga, terkadang memiliki komitmen atau
budaya yang diikuti serta dijadikan panutan. Baik itu berupa kebiasaan, aturan,
acara-acara yang di khususkan keluarga itu sendiri, yang mana terbentuk dengan
persetujuan dan setiap anggota keluarga, terlepas mengikuti budaya atau
aturan-aturan kebiasaan mesyaakat sekitarnya. Suatu keluarga itu akan dianggap
baik atau sempurna, apabila dalam kehidupan bermasyarakat sekitarnya juga baik,
dengan begitu orang-orang di sekitarnya akan menganggap kehidupan
berkeluarganya juga baik.
Di dalam keluarga
Ara-aita juga memiliki budaya yang dikembangkan sebagai aturan
untuk crew Ara-aita, di antaranya adalah wajib membaca minimal 10 menit
ketika memasuki basecam dengan tujuan agar dapat menambah wawasan crew Ara-aita,
menjaga kebersihan besecam dengan tujuan melatih kepekaan terhadap lingkungan,
mendiskusikan apa yang telah dibaca dengan orang lain bertujuan untuk mengasah
keberanian mengungkapkan pendapatnya, meminta evaluasi kepada setiap
senior yang berkunjung ke basecam, hingga kajian-kajian wajib yang di adakan
sesuai program kerja yang telah di setujui oleh seluruh anggota crew Ara-aita.
Keluarga tidak selalu terdiri dari bapak, ibu dan
anak-anaknya dalam artian lahiriyah. Tapi suatu keluarga bisa terdapat pada
suatu perkumpulan atau organisasi. Jika seseorang berada pada perkumpualan yang
sepaham dengan dia dan membuatnya nyaman, bisa jadi itu akan menjadi keluarga keduanya.
Seperti yang terdapat di keluarga Ara-aita, yang merupakan lembaga pers
mahasiswa. Keluarga yang terdiri dari anggota paling muda, yakni mahasiswa
semester 1-2, hingga mahasiswa semester atas yang salah satunya menjadi
pemimpin lembaga pers ini, dan alumni Ara-aita
yang dituakan atau dihormati.
Suatu keluarga itu, tidak akan lepas dari pandangan
masyarakat sekitar, begitu juga dengan Ara-aita. Orang yang tidak
terlalu mengenal Ara-aita akan
menilai proses di dalamnya keras dan kejam. Memang aturan dan progra kerja yang
tetapkan terlihat sangat menyita waktu, tapi jika dilihat lebih teliti,
program-program kerja itulah yang menyebabkan kekeluargaan di dalamnya ada dan
berkembang sampai saat ini. Dengan program kerja yang diadakan, otomatis mau ataupun
tidak mau anggota Ara-aita harus hadir, dan dengan kehadiran itulah akan
terbentuk rasa terbiasa dan saling membutuhkan satu dengan yang lain.