Dosen sebagai pioner utama dalam suatu
proses pembelajaran, seharusnya mampu menjadi teladan yang baik bagi
mahasiswanya. Namun fakta yang diperoleh hanya sebagian saja dosen yang mampu
menjadi teladan bagi mahasiswanya.
UIN Sunan
Ampel Surabaya atau yang lebih
dikenal dengan sebutan UINSA, merupakan satu-satunya Universitas Negeri berbasis
Islam yang ada di kota Surabaya. Sebagai Universitas Islam Negeri, UINSA
diharapkan mampu menjadi contoh yang baik bagi Perguruan tinggi Islam lain yang
ada di Kota Surabaya ataupun sekitarnya.
Hampir dua
semester sudah kampus ini bermetamorfosis menjadi Universitas Islam Negeri
(UIN). Sudah sewajarnya para petinggi mengoreksi bagaimana kinerja bawahannya.
Apakah sudah baik atau masih sama dengan dulu saat masih menyandang status
Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Terutamanya yang harus dikoreksi adalah
kinerja para Dosen, yang merupakan pioner utama pada kelangsungan pembelajaran
di UINSA.
Sebagai pioner
utama pada proses pembelajaran, dosen seharusnya menjadi teladan bagi setiap
mahasiswanya. Menjadi teladan dalam hal tingkah laku, tutur kata, cara
berbusana, dan lainnya. Namun fakta yang terjadi dilingkungan Fakultas Dakwah
dan Komunikasi masih banyak ditemukan dosen-dosen yang kurang bisa menjadi
teladan.
Seperti yang
dikatakan Shela, Mahasiswi Komunikasi
Penyiaran Islam asal Palembang, ada dua dosennya yang memiliki kebiasaan tidur
ketika para mahasiswanya presentasi. “ Dikelas saya ada dua dosen yang punya
kebiasaan tidur ketika mahasiswanya sedang presentasi. Bagaimana bisa seperti
itu, mahasiswanya serius presentasi mala dosenya tidur”, Tuturnya.
Shela pun
berharap memiliki dosen yang mampu menjadi teladan, yang berkompetensi,
disiplin, serta memberikan inspirasi-ispirasi bagi mahasiswanya. “ Bagaimana
bisa seseorang berharap untuk memiliki anak yang baik, namun dirinya sendiri
belum baik. Oleh karena itu saya berharap agar kita semua warga FDK berbenah,
agar FDK dan UINSA bisa jadi lebih baik”. Ujar Shela Mahasiswi semester 2.
Berbeda dengan Isra Anwar mahasiswa semester 2
jurusan Ilmu Komunikasi, dia menemukan dosen yang masih memakai baju ketat. “
Kalau dikelas saya tidak ada dosen yang mempunyai kebiasaan jelek, hanya saja
ada dosen wanita yang cara berpakaiannya masih ketat. Padahal sudah ada
peringatan dan deklarasi agar tidak berbaju ketat. Peringatan itu bukan hanya
untuk mahasiswa namun juga untuk dosen,”
ujar Isra.
Masalah kedisplinan
dosen datang di kelaspun masih menjadi sorotan oleh sebagian mahasiswa. Seperti
yang diungkapkan Dimas Mahasiswa KPI dan Isra Anwar Mahasiswa Ilmu komunikasi,
bahwa masih ada dosennya yang datang terlambat. “ Masih ada dosen yang datang
terlambat, namun sebagai mahasiswa Islam kita bersikap Husnudzon saja, mungkin dosennya ada keperluan lain”, jelas Dimas. Pria
cedel kelahiran kalimantan itu pun menambahkan
bahwa dosen yang mengajar di kelasnya rata-rata terlambat semua. “Alhamdulillah
dosen saya masih banyak yang datang terlambat, dari 100 % mungkin hanya 30 %
yang datang tepat waktu, yang lain malah memilih agenda-agenda lainnya,” jelas
Isra Anwar.
menanggapi hal
itu Suhartini selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) mengatakan,
akan memberikan surat peringatan kepada semua dosen dan akan memanggil setiap kosma
(kordinator mahasiswa) pada minggu ke-4 semester 2 untuk evaluasi perkuliahan
di FDK. “ Nanti saya akan memberikan surat peringatan kepada dosen dan setelah
masuk minggu ke-4 saya akan memanggil kosma seperti semester kemarin”, ungkap
Dekan FDK.
Mengenai
busana Dosen suhartini pun menambahkan bahwa pihak Fakultas telah menyediakan
seragam sendiri untuk para dosen. “ Kami dari Fakultas telah membelikan seragam
untuk dosen yang jumlahnya 6, yang bisa digunakan selama hari kerja. Sudah
berulang kali kami mengingatkan para dosen agar memakai seragamnya dan tidak
menggunakan pakaian yang ketat tapi ya tetap saja,” jelas Dekan.
No comments:
Post a comment