Mahasiswa sebagai remaja
yang masih dalam proses pencarin jati diri seringkali yang adopsi adalah hal hl
yang negatif, mulai dari cara berpakaian dan gaya hidup. Semua serba diterima
tanpa penyaring.
Masa remaja adalah masa
pencarian jati diri. Dan mahasiswa yang notabenanya sebagai remaja, mulai
mencari gaya hidup yang pas dan sesuai dengan seleranya. Ia mulai mencari idola
yang bisa dijadikan panutan, baik dalam pencarian gaya hidup, gaya bicara, penampilan,
dan lain sebagainya, demi mendapatkan status didalam pergaulannya. Imbasnya
banyak dijumpai mahasiswa dengan
berbagai gaya hidup yang sebenarnya mereka hanya mengimitasi dari tokoh idola. Mulai
dari Gaya hidup serba mewah, serba enak dan serba berkecukupan yang pada
ujngnya hanya ingin mencari kepuasan belaka.
Lebih sederhananya Mahasiswa sekrang dijajah lewat
ideologi. Otak mereka sudah dionani
dengan kesenangan semu. Sebab yang menjadi tolak ukur dalam setiap perilakunya
adalah kesenangan semata. Sehingga tidak heran jika melihat mahasiswa sekrang
yang cendrung hedones, dan pola imitasi yang tidak terkontrol. “Semua yang baru
serba diadobsi oleh mahasiswa saat ini, tanpa ada parameter disetiap prilakunya.
Mereka layaknya tong sampah yang
dapat menerima apapun yang berbentuk
sampah selagi dalam muatan,” ungkap Nurul salah satu mahasiswa Fakutas Dakwah.
Hal ini terlihat saat Crew New News mewawancari
sebagian Mahasiswa Fakultas Dakwah, misalkan yang dialami Alfin Zulfikar salah
satu mahasiswa prody PMI yang mengungkapkan
bahwa dirinya memilih main ke Maal saat libur kuliyahnya. Pasalnya Alfin ingin refresing dan
mencari hiburan ditengah kepadatan jadwal kuliyahnya. Hal ini ia lakukan untuk
mengurangi rasa jenuh dan menghindari stres. “Saya itu butuh refreshing
agar tidak stres, masak mau mikir urusan kuliyah terus rek, cepet tua nanti,”
ungkapnya
Senada dengan Anis mahasisawa prody KPI yang memilih main
ke taman taman di surabaya pada waktu libur kuliyah. Hal ini ia lakukan hampir
setiap minggu untuk meghilangkan rasa jenuhnya. “Daripada saya tidur di dalam
kamar terus, lebih baik saya keluar dan mencari hiburan. Apalagi di rumah saya
kekurangan teman,” ungkapnya.
Perubahan gaya hidup mahasiswa saat ini ternyata tidak
hanya dipengaruhi oleh pola imitasi terhadap idolanya saja, tetapi pola
pendidikan juga mempengaruhi terhadap karakter mahasiswa. misalkan ketika dosen
mengajar di kelas yang kurang kreatif dalam mendidk mahasiswa,
sehingga suasana kelas menjadi fakum dan
membosankan bagi mahasiswa, pada ahirnya mahasiswa merasa malas masuk kuliyah
dan memilih mencari suasana baru sebagai hiburan. Hal ini diungkapkan oleh Dekan
Fakultas dakwah dan Komukasi. “Tidak seluruhnya prilaku mahasiswa ini
dipengaruhi oleh budaya baru yang masuk, tetapi dosen yang kurang tegas dan
kreatif juga mempengaruhi” ungkap Suhartini saat ditemui Crew New News
di kantorny