Penulis : Moh Fathoni, DKK
Penerbit : PT. Komodo Book
Cetakan : ke 1 Mei 2012
Tebal : 230 halaman
Peresensi : Ishlahul Ummah
Perjalanan panjang pers mahasiswa Indonesia
tidak terlepas dari belenggu kekuasaan dengan dalih pembekuan terhadap
aktivitas pers mahasiswa. Dalam perjalanannya pers mahasiswa yang semakin
berani terhadap pemerintahan diupayakan untuk dihapus agar tidak mengganggu
terhadap jalannya pemerintahan.
Buku ini menceritakan perjalanan pers mahasiswa
yang berawal dari Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) menjadi Perhimpunan
Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI). Namun perubahan ini bukan berarti regenerasi
atau pun antitesis organisasi pendahulunya. Meski kehadirannya tidak dikehendaki
penguasa diwaktu itu, karena PPMI merupakan organisasi yang tidak memiliki
legalitas, hingga ruang geraknya dibatasi oleh pemerintah.
PPMI terlahir sebagai respon dari kehendak
generasi zaman. Dimana pada saat itu tiap personal Pers mahasiswa IPMI lebih
memilih melakukan praktik politik dengan turut serta dalam partai Sosialis Partai
Nasional Indonesia (PNI) dan menduduki kursi-kursi birokrasi serta bertindak
seolah tak lagi berpihak pada rakyat.
Di era orde baru,
terjadi pembekuan secara halus oleh pemeintah terhadap pers mahasiswa dengan
adanya Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dan Badan Kordinasi Kemahasiswaan (BKK)
yang di programkan oleh kemendiknas berjalan mulus dan tersebar luas di
Indonesia, namun dengan adanya program
tersebut bukan berarti aktivis pers mahasiswa hanya diam, pers mahasiswa
meneriakan perlawanan serta menumbuhkan gerakan mahasiswa kembali, hal ini pun
terwujud dengan terbitnya Majalah Politika yang di prakarsai oleh 125 Mahasiswa
dari 29 Universitas dari 17 kota di Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi. Dari
sinilah pers mahasiswa mulai bangkit kembali.
Meski perjalan pers tak semudah yang dibayangkan,
dalam masa-masa sulitnya tetap memiliki semangat kritis. Hingga pada suatu
ketika pers mahasiswa memilih berani untuk melawan pemerintahan sebagai respon
dari kebijakan penguasa yang membatasi penerbitan dan bahkan kemungkinan
pereduksian terhadap aktivis pers. aktivis pers melakukan perlawanan dengan
tetap menjaga sikap dan orientasinya, ativis pers terus menjadi pengawas pelaku
kekuasaan yang menjadikan rakyat sebagai korbannya.
Pers mahasiswa sebagai pengamat dan pengawal
perubahan dan berfungsi sebagai media alternatif, telah menunjukakan perubahan
yang sangat pesat. hal ini terlihat jelas ketika gerakan mahsiswa dari seluruh
daerah di Indonesia berhasil menggulingkan rezim soeharto. Namun sangat
disayangkan setelah penggulingan Soeharto, Masalah-masalah yang signifikan pun
mulai muncul dari diri pers mahasiswa itu sendiri, mulai dari pendanaan, sumber
daya manusia, manajemen organisasi, sampai birokrasi kampus. Keberadaanya
menjadi suatu Perdebatan soal pergeseran nilai dan perlawanan yang
dipertentangkan. Bahkan eksistensi pers waktu itu mulai redup seolah kembali
pada awal dekade 1980-an, beruntunglah tinggi untuk beinsan pers mahasiswa
masih mempunyai semangat yang tinggi untuk terus berfikir kritis, oleh sebab
itulah pers mahasiswa masih terus menghiasi organisasi kampus di Indonesia
hingga sekarang.
Buku ini berusaha mempertegas ideologi dan
orientasi pers mahasiswa sebagai pelaku intelektual yang mampu berfikir kritis
dan menciptakan perubahan, dengan menjunjung tinggi moral dan etika serta
mempertahankan martabat bagsa dengan berpihak terhadap rakyat.
Buku ini merupaka sejarah tentang kiprah Pers
Mahasiswa yang memberi inspirasi untuk pembacanya, buku ini juga dapat memupuk
semangat para aktivis pers mahasiswa untuk tidak berhenti berfikir kritis dalam
menyikapi suatu fenomena. Buku ini memberikan kesan yang mendalam tentang
sejatinya seorang pers yang harus mampu menghadapi segala tantangan yang akan
menghancurkan eksistensi aktivis pers itu sendiri, buku ini juga memperjelas
citra pers mahasiswa sebagai agen perubahan yang mampu berdiri di barisan depan
untuk melawan kekuasaan demi masyarakat.
Kelemahan dalam buku ini adalah ketika buku ini
mengatakan bahwa pers mahasiswa itu memiliki orientasi dan ciri yang berbeda
sesuai dengan kondisi zaman, buku ini tidak mengakhiri sejarah pers mahasiswa
yang di ceritakan di dalamnya secara jelas. Buku ini juga hanya menginspirasi
lewat masalah-masalah yang dihadapi oleh pers mahasiswa diwaktu itu. Buku ini
menurut peresensi kurang relevan dengan kehidupan pers mahasiswa saat ini.