Orientasi study pengenalan kampus atau yang sering di sebut dengan OSPEK
bukanlah hal baru lagi di telingga masyarakat terutama di kalangan akademisi.Di
seluruh universitas di Indonesia, baik di perguruan tinggi negeri ataupun swastasemuanya
pasti mengadakan OSPEK sebagai pembekalan untuk mahasiswa baru (MABA) untuk
menghadapi kehidupan kampus.
Di Indonesia, OSPEK sering
kali menjadi mimpi buruk untuk MABA. Mereka beranggapan bahwa masa orientasi adalah masa dimana senioritas
dan perlakuan kasar pasti akan mereka
lalui.
Kekhawatiran mereka ini
bukanlah tanpa alasan.Maraknya kasus kekerasan yang di lakukan oleh para senior
terhadap juniornya dengan dalih sebuah hukuman merupakan sebab utammanya. Senior dengan sengaja menerapkan sebuah pasal yang dijadikan peraturan tak tertulis oleh merekayang
berbunyi :“Pasal pertama senior selalu benar, pasal kedua jika senior salah kembali
kepasal satu.” dengan peraturan ini
mereka membuat mental MABA menjadi kehilangan
keberaniannya untuk melawan senior mereka.
Banyaknya kasus yang menceritakan tentang OSPEK yang mencekam dan mematikan ini
tentunya mengundang perhatian publik terutama para orang tua.Dalam salah satu situs sosial yang beralamtka www.bog.kenz.or.id dijelaskan bahawa sejak tahun 1995 hingga saat ini kasus-kasus tentang
OSPEK mulai marak di bicarakan di media masa, walau tidak bayak data yang dapat di peroleh, namun maraknya
kekerasan dalam OSPEK yang banyak di muat di
media cukup mengambarkan model pendidikan yang sangat
tidak layak di terapkan dalam dunia akademisi,
seperti yang sering terjadi di Institut Teknologi Negeri (ITN) Malang dan Institut
Pemerintahan Dalam Negeri(IPDN) serta banyak kampus negri mapun swasta lain.
Dengan peraturannya yang sangat memihak pada dirinya, senior-senior
itu memperlakukan MABA sesuka hati mereka
tanpa mempertimbangkan efek yang pasti akan terjadi. Bagi penguasa yang
terkuat, mereka secara tidak langsung menempatkan diri mereka setingkat di bawa
tuhan hingga hinga tak ada yang mampu melawan mereka.
Hal ini sering disebut dengan pelocoan
terhadap MABA. Pelocoan ini selalu dianggap sebagai pembodohan serta perusak
moral mahasiswa, OSPEK yang seperti ini akan mudah menggagalkan upaya pemerintah
Indonesia dalam membentuk generasi emas yang di banggakan dan di harapkan oleh
bangsa Indonsia.
Pelocoan dan pembodohan terhadap mahasiswa
bukan hanya tercermin dari kekerasan yang di lakukan oleh panitia, namun
penggunanan atribut yang terlalu berlebihan dan tidak memiliki alasan yang
jelas, itu pun juga dapat memberikan citra pembodohan terhadap MABA.
Senior selaku konseptor acara yang biasanya
menggunakan dalih meningkatkan kreatifitas MABA, terkadang tidak dapat menjawab
dengan baik ketika di tanya tentang atribut yang mereka usulkan untuk dipakai
oleh MABA, bahkan atribut yang mereka sarankan terkadang malah bukan dapat
melatih kreatifitas tapi menguras kantong maba. Hal ini disebabkan cara
mendapatkan atribut yang amat sulit serta memiliki banyak komponen.
Selain kejangalan dalam
hukuman yang diberikan oleh senior, tema OSPEK juga menjadi sorotan besar yang
akan selalu patut di pertanyakan. Di tahun lalu Fakultas Ushuludin UIN Sunan
Ampel (UINSA) Surabaya juga berakhir diranah hukum. Tema yang salah tempat
mampang itu menjadikan pihak Fakultas Ushuludin berhubungan dengan hukum disebabkanoleh
gugatan dari Organisasi Masyarakat FrontPembela Islam (Ormas
FPI).
Tema yang sebenarnya
tidak mempunyai masalah serius di meja diskusi itu, menjadi masalah besar sebab
tema itu tak lagi memiliki arti filosofisnya sebab pandangan radikalis anggota
FPI, hukumpun sampai sekarang masih dalam proses. Itulah sala satu contoh
pencekalan OSPEK yang penah terjadi di UINSA, dan semoga saja hal ini tak lagi
terulang di dalam OSPEK di UINSA di tahun ini dan tahun selanjutnya.
Masalah tema ini tentunya sangat berbeda
dengan masalah pelocoan ataupu pembodohan, ini murni sebuah kecelakaan UINSA
sebab lalai dalam pemasangan sepanduk tema OSPEK yang kurang di pertimbangkan
peletakannya. Namun tetap saja ini adalah sebuah kesalahan yang tidak boleh di
ulanggi lagi, sebab kesalahan apapun dalam sebuah akademisi akan memberikan
contoh yang tidak baik bagi anggota barunya yakni MABA.
Sesuai dengan namanya,
OSPEK memang harusnya menjadi ajang pengenalan dunia kampus bagi mahasiswa baru,
serta melatih mental mereka untuk berani bersikap seperti seorang akademisi
yang mampu mengimplementasikan tri dharma perguruan tinggi pada dirinya.
Momen OSPEK bukanlah
ajang senioritas serta adu kepandaian senior sebagai konseptor acara sekaligus
pengusung tema OSPEK.Walau telah menjadi orang yang dituakan di dalam kampus
harusnya senior bisa lebih bijaksana dan lebih mendidik juniornya.Seneor harus
mampu menempatkan dirinya ada posisi yang tepat agar mampu menjadi contoh yang
baik bagi juniornya. Untuk
masalah tema, harusnya kita lebih mempertimbangakan makna filosofi yang tepat dan
mendidik, serta tempat yang tepat untuk menggksplor tema yang sekiranya dapat
memicu fallasi sesorang.#mulenh nag masjid
No comments:
Post a comment