““Masa orientasi yang semakin kreatif dan bermanfaat serta
mampu membawai karakter fakultas masing-masing membuat masa orientasi semakin
berkesan dan menyenangkan”
Pagi itu matahari belum nampak merajai
langit, namun sinarnya sudah mulai menerangi hampir separuh dari bumi, di
sebuah kampus negeri di Surabaya, tepatnya di UIN Sunan Ampel (UINSA),
mahasiswa baru (MABA)mulai terlihat
berjejer di depan panitianya masing-msing untuk siap melaksanakan OSCAAR
di hari itu.
Seperti yang secara umum di pahami, Masa
orientasi study cinta akademik dan almamater (OSCAAR) adalah masa dimana
bentuk-bentuk senioritas sering di lakukan, mulai dari cara kasar para panitia
menghukum atau pun mengintrogasi MABA. Masa seperti ini seolah menjadi masa
paling menyebalkan yang harus di jalani oleh MABA.
Namun nuansa OSCAR kali ini dirasa sangat
berbeda di bandingkan dengan tahun sebelumnya, OSCAAR kali ini terlihat lebih
ramah dan lebih berbobot. Seperti yang terlihat di berbagai fakultas, teori
prktis yang berkaitan dengan jurusan mereka di jadikan tugas dan hukuman yang berbobot untuk MABA. Salah satuya
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), di fakultas ini panitia memberikan
tugas khusus perkelompok untuk berjualan “Tema OSCAAR di fakultas kami
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) kak, makanya dari panitia kita disuruh jualan”,
Ujar Desi, salah satu Maba FEBI yang
sedang berjualan.
Jika di FEBI memiliki tugas khusus yang dapat
membangun keahlian mereka dalam berjualan, hal berbeda dan sama berbobotnya di
lakukan oleh Fakultas Syariah dan Hukum. Di fakultas ini terdapat cara baru
dalam segi penghukuman terhadap Maba, mereka menerapkan sistem Pengadilan dalam
mengadili MABA yang bersalah, pengadilan ini juga sekaligus sebagai sistem
pengenalan tentang hukum dan sistem pengadilan secara praktis “tujuannya memang
untuk pengenalan aja,” kata ketua stearing comite(SC) Fakultas Syriah
dan Hukum itu.
Sistem pengadilan yang di jalankan mempunyai
hukum-hukum yang pasti layaknya sebuah undang-undang dalam suatu negara,
sitemnya pun sama dengan pengadilan yang sebenarnya, dari mulai pencatatan
nama, suasana ruang sidang, serta komponen-komponen yang meliputi hakim,
pemanggil, saksi dan lainnya.
“sistemnya kayak gini, jika dulu yang
melanggar langsug di eksekusi, sekarag yang melanggar langsung ditulis,
dipanggil, diserahkan ke para panitera dan langsung di lakukan persidangan,”
jelas ketua SC yang sering di panggil Jos putra than itu.
Perubahan demi perubahan yang dilakukan untuk
memperbaiki OSCAAR semakin terlihat, kekerasan dan hukuman-hukuman tidak
rasional mulai di hilangkan seiring dengan adanya keputusan dari rektorat, keputusan itu menyatakan bahwa
OSCAAR mulai tahun ini tidak boleh lagi
memakai kekerasan dan bentak-bentakan. Hingga akhirnya SC selaku konseptor
acara harus berfikir lebih kreatif dan mendidik untuk menjadikan OSCAAR tetap
berjalan dengan sangat berkesan dan menyenagkan tanpa kekerasan.“Ini adalah terobosan
baru dari kami dan semoga sesuai dengan apa yang di harapkan pihak dekanat
supaya menghindari kekerasan yang mungkin terjadi ,” pungkas jos.
Namun yang paling di sayangkan, sistrm yang
mendidik seperti ini tidak bisa dilanjutkan hingga hari terakhir OSCAAR, sebab
pihak dekanat yang akan memegang kendali OSCAAR secara langsung di Fakultas
Syariah ini. “OSCAARnya itu dua hari-dua hari, jadi y dekanat punya konsepan
sendiri, atribut juga tidak di pakai lagi keuali peci hitam,” tandas lelaki
berbadan agak sedikit gemuk itu.
Selain kedua fakultas itu, Fakultas Dakwah
dan komunikasi justru lebih unik dan tentunya sangat mencerminkan Dakwah dan
keislaman, panitia OSCAAR fakultas ini biasanya mmberikan hukuman dengan
menyuruh membaca qunut, Rukun sholat dan lainnya sedangkan di pembukaannya
kemrin di fakultas ini juga dengan menggunakan Istighosah “Dakwah pun sekarang
juga lebih menjurus kepada keislaman, dari mulai pembukaan, sudah di buka
dengan istighosah, hukumannya pun disuruh baca qunut, rukun islam dan
sejeisnya,” ungkap Dila salah satu Panitia OSCAAR Fakultas Dakwah dan
Komunikasi. *(Ish)
No comments:
Post a comment