Kongres Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Pekanbaru, Riau, diwarnai
kericuhan. Selain mengakibatkan kerusakan sejumlah fasilitas umum, bentrokan
antara simpatisan dan panitia lokal terjadi di lokasi kongres. Jawa Pos, Selasa
24/11/2015.
Kejadian anarkisme
pada kongres HMI kali ini sunggguh menyita perhatian banyak orang, khusunya
para aktifis HMI dan mahasiswa. Mengapa tidak? Bahkan dalam keterangan foto
pemberitaan Jawa Pos terlihat kerusakan kaca yang cukup parah, lebih mencengan`gkan
lagi foto sebelah kiri nampak beberapa senjata tajam seperti badik, parang,
sumpit, anak panah, celurit hingga sempi rakitan yang merupakan hasil
penggeledahan polisi terhadap mahasiswa.
Padahal, mereka
datang untuk menghadiri kongres HMI yang ke-29, tujuannya tentu saja untuk
mendukung dan memeriahkan acara kongres tersebut. karena secara etika
kader-kader HMI diperkenankan untuk menghadiri dalam kegiatan tersebut. sekalipun
yang wajib mengikuti kongres tersebut adalah perwakilan cabang dan badan koordinator.
Tak ada fasilitas atau sengaja anarkis?
Akan tetapi
kedatangan kader HMI yang begitu banyak bahkan mencapai ribuan itu membawa
sauatu persoalan baru yang cukup serius bagi panitia, yaitu berkaitan denga
fasilitas yang di sediakan oleh panitia kongres. Hal yang paling urgen yang
perlu dipersiapkan adalah tempat dan sajian makan. Tentu melayani ribuan kader
HMI yang datang dari berbagai cabang dan daerah sangatlah sulit.
Walhasil, ribuan
kader HMI yang datang menghadiri kongres tersebut terlantar, bahkan hak tempat,
dan jatah makan mereka tak terpenuhi. Dalam hal ini sah-sah saja untuk
menyalahkan panitia kongres. Akan tetapi apakah harus di lampiaskan dalam
bentuk “anarkisme”?, tentu hal ini tidak diperkenankan baik secara moral
kemanusiaan, etika budaya, norma agama bahkan hukum Negara jelas melarang
segala bentuk “anarkisme”. Namun jika kita ikuti perkembangan pemberitaan
tersebut, ada kecenderungan secara sengaja berbuat anarkis.
Pertama, pada 17
November 2015, ribuan kader HMI Sulselbar (Sulawesi selatan dan barat), menutup
pintu masuk Pelabuhan Soekarno Hatta pelindo IV, Makassar. Mereka memaksa masuk
ke palabuhan untuk di berangkatkan menuju Riau. Hal ini mengakibatkan pelabuhan
sedikit lumpuh akibat penutupan tersebut, tentu hal ini sangat di sayangkan,
mengingat mereka datang pada perayaan kongres dalam bentuk dan sikap yang
memaksa.
Kedua, pada sabtu
21 November 2015 Rombongan HMI sebanyak 21 bus mampir dalam sebuah warung rumah
makan umega untuk makan siang, namun yang di sayangkan setelah sang pemilik
rumah makan mengajukan struk tagihan sebesar Rp 13,2 juta kepada salah satu
koordinator rombongan, beberapa dari mereka malah menolak dengan alasan harga
makanan terlalu mahal, bahkan 20 bus sudah dalam keadaan kabur terlebih dahulu.
Sungguh hal yang lagi-lagi sangat di sayangkan tindakan semacam ini, tidak
salah jika kita mengatakan bahwa mereka sengaja berbuat ricuh. Akibatnya,
kongres HMI pada tahun ini menjadi buruk, bahkan jika boleh di katakan kongres
HMI tahun ini merupakan kongres yang paling buruk.
Lalu, bagaimana
kader HMI mau menciptakan masyarakat yang madani? Jika tidak mau menghilangkan sifat yang anarkis, lalu
bagaimana pula membangun HMI mewujudkan pencipta dan pengabdi yang bernafaskan
islam? Jika jauh dari nilai-nilai islam.
Kembali pada misi suci HMI
Seperti ucapan cak Nur, misi suci HMI disebut “masyarakat adil
makmur”, maka ada harapan besar untuk mewujudkan hal tersebut kalau saja
kader-kader HMI mau mengintropeksi dirinya demi membangun HMI lebih baik lagi,
hal itu tergantung pada kader-kader HMI menginginkan atau tidak untuk kembali
pada misi suci HMI sendiri.
Jika kader HMI
mempunyai keinginan untuk kembali kepada misi suci HMI maka rubahlah segala
sikap dan prilakunya dengan kembali pada tujuan HMI sendiri. yaitu “terbinanya
insan yang akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam, dan bertanggung
jawab atas terwujudnya mayarakat adil makmur yang diridhoi allah SWT”. jika
saja semua kader HMI ingat dengan tujuan ini, tentulah tidak aka nada kericuhan
dimana-mana. Karena akan sadar bahwa kader-kader HMI adalah kader-kader
akademis yang dapat dibina. ketika kader-kader HMI sudah dapat dibina maka lima
kualitas yang di inginkan akan tercipta.
Pertama, “kualitas
insan akdemis” yaitu dimana kader-kader HMI berpendidikan tinggi, berpengathuan
luas, berfikir rasional, objektif dan kritis, serta memiliki kemampuan teoritis
dan sanggup berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan yang dipilihnya.
Kedua, “Kualitas insan pencipta”, tercipatanya jiwa-jiwa dengan penuh
gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan dan pembaharuan.
Ketiga, “kualitas
pengabdi”, yaitu terbetuknya semangat yang bersungguh-sungguh, mewujudkan
cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesamanya. Keempat,
“Kualitas insan yang bernafaskan islam”, ajaran islam telah mampu membentuk unity
personality dalam dirinya, serta telah memberi pedoman pola fikir dan pola
tingkah lakunya sendiri.
Kelima, “kualitas
insan bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur yang di ridhai Allah SWT”, mempunyai rasa
tanggunga jawab yang tinggi, taqwa kepada Allah SWT yang menggugah untuk mengambil peran aktif dalam suatu
bidang. Maka jika sudah seperti ini kader HMI bukan hanya sebagai akademis yang
agamis akan tetapi juga sebagai Agent Of Change bagi masyarakat. *(faris)
No comments:
Post a comment