
Pemustaka diarahkan untuk mendatangi dua PC (personal Computer) yang
terletak di antara rak dan ruang sirkulasi. Apabila tanpa melalui proses scanning
tersebut , pemustaka tidak akan bisa meminjam buku. Karena terscanning
tidaknya buku akan terdeteksi melalui PC yang terdapat di ruang sirkulasi. Adapun
tata caranya adalah pertama pemustaka harus masuk melalui scanning kartu
perpustakaan masing-masing, lalu memasukkan kode ‘123456’, kemudian scanning
barcode (kode batang) yang tertera pada buku yang hendak dipinjam. Pada keterangan
yang tertempel di atas PC, proses penscanningan tersebut guna memastikan
atau mengecek apakah buku yang hendak dipinjam sesuai dengan kondisi fisik
buku.
Lalu ditegaskan melalui sesi tanya-jawab bersama salah satu penjaga
sirkulasi, sistem tersebut merupakan bentuk pembelajaran peminjaman mandiri (self-service)
yang juga diterapkan oleh perpustakaan di Negara Eropa. “Suatu saat mahasiswa
akan dapat meminjam buku sendiri tanpa melalui proses sirkulasi, jadi mahasiswa
meminjam dan mengembalikan bukunya melalui proses scanning”,jelas
penjaga berkulit putih itu. Adapun jika terlambat mengembalikan, akan
ditanggung oleh si peminjam. Karena data peminjaman sudah tersimpan melalui
proses scanning tersebut.
Namun, sering kali proses penschanningan tersebut error. Padahal kode yang
dimasukkan sudah benar. Sehingga mebingungkan para pemustaka yang hendak
meminjam. Maka dari itu untuk permulaan ada pendampingan untuk para pemustaka
seperti yang dilakukan oleh Muklisin dan Latifatur selaku pegawai sirkulasi.
Beberapa mahasiswa menggerutu karena sistem tersebut akan memakan banyak waktu,
PC yang tersedia hanya dua dan itu pun tidak berlangsung maksimal. Akan tetapi,
celoteh mahasiswa tersebut langsung disahut oleh Muklisin bahwa untuk jangka
pendeknya akan memakan banyak waktu, tapi untuk ke depannya tidak. *(Elm)
No comments:
Post a comment