![]() |
Dok.Internet/Surat Cinta Shofiyah |
Araaita.com - Dia
bernama Jarwo, anak dari keluarga kaya raya. Orang tuanya seorang pekerja
kantoran dan usahawan restoran ternama yang ada di sekitar kotanya. Kesibukan
orang tuanya pada pekerjaan yang berlarut-larut tidak sepadan dengan kasih
sayang yang mereka berikan kepada Jarwo. Jarwo yang sekarang masih menempu
pendidikan di SMA 19 Bhina Bangsa itu, sering kali mendapatkan hukuman karena sering
terlambat masuk kelas dan tidak pernah mengerjakan tugas dari gurunya.
Di
suatu pagi, sinar mentari menyeruak masuk melalui cela cendela kamarnya. Bel
jam beker di sebelah kirinya pun berbunyi dengan keras, sekeras bunyi loncenan
bel di sekolahannya. Wajahnya yang masih loyo, terlihat enggan untuk pergi ke
sekolah.
Tok....tok.....tok.........terdengar
suara ketukan pintu dari luar kamarnya.
“Masuk”
jawabku dengan suara keras.
Rupanya
itu bibi Darmi yang membawakan sarapan pagi.
***
Ketika
Jarwo akan berangkat ke sekolah, suasana sepi tak henti menghantui rumah itu,
hanya terlihat mbok Darmi yang sibuk memasak di dapur. Sedangkan ayah dan
ibunya sudah memilih dunianya sendiri tanpa memikirkan anak sematawayangnya
yang ingin di perhatikan lebih dari pekerjaannya. Jarwo selalu merasa
terabaikan, sebab sikap orang tuanya kepadanya, kasih sayang sekaligus teman
curhatannya pun ikut terusik. Berkali-kali aku menanyakan dimanakah ibu dan
ayahku sekarang kepada mbok Darmi. Namun jawaban mbok Darmi sama saja, ayah dan
ibuku setiap pagi sudah berangkat bekerja tanpa memberikan ucapan apapun untuk
di sampaikan kepadaku.
***
Hampir
satu minggu ini Jarwo tidak pernah terlihat di sekolah, entah kemana anak itu,
teman satu kelaspun juga tidak menerima kabar apapun darinya. Setelah di telusuri
oleh salah satu gurunya, ternyata Jarwo bermain dengan teman-temannya di sebuah
diskotik yang penuh keramain itu. Tanpa menunggu lama, keadaan Jarwo yang
sedang mambuk berat itu langsung dibawa gurunya menuju ke rumahnya. Keadaan
semakin genting di dalam keluarga, banyak dari tetangga yang mencemooh anak
semata wayangnya dengan ucapan yang tidak enak di dengar, orang tuanya yang
ketika itu juga menerima surat peringatan dari sekolah merasa bersalah karena
tidak bisa memeberikan perhatian serta kasih sayang lebih kepada Jarwo. Jarwo
yang sekarang ini sudah tidak bisa dikendalikan oleh orang tuanya karena
kelakunnya yang semakin tidak karuan di dalam masyarakat, orang tuanya
berencana memindahkan sekolahnya di sebuah pesantren kecil yang jauh dari
rumahnya.
“Besok
ayah akan pindahkan sekolah kamu di pesantren ayah dulu” ucapnya dengan dengan
suara yang amat keras. Suara kerasanya itu melengking tanpa bisa
diganggu-gugat. Akhirnya Jarwo terpaksa memenuhi perintah ayahnya itu.
***
Perjalanan akan ke pesantren itu semakin dekat, entah apa
yang nanti akan Jarwo lakukan ketikan sudah menjadi santri di pesantren itu.
Terlihat di depan sudah di sambut oleh lelaki tua yang memakai sorban hijau
dengan wanita seumurannya. Sudah dua jam
mereka masih saja belum menginggalkan ruangan ini, sekilas muncul wanita cantik
berkerudung putih itu dari belakang, dengan membawa berbagai macam makanan
ringan dan minuman untuk di suguhkan. Entah apa yang Jarwo pikirkan pada wanita
cantik di depannya itu.Setelah perbincangan mereka terselesaikan, ada satu pesan
yang mungkin tidak bisa terlupakan dalam diri Jarwo. “Jangan kecewakan orang
tuamu,"
Hari mulai berganti, Jarwo yang sudah tidak lagi tinggal
di rumah besaritu melainkan mempunyai
dunia lain yakni dunia pesantren. Hari demi hari Jarwo jalani, Sudah dua tahun
Jarwo lalui, jika Jarwo mengingatnya
perilakunya yang sekarang ini tidak sebanding dengan perilakunya ketika masih
dalam keadaan terpuruk dengan kurangnya perhatian orang tua dan lingkungannya.
Sekarang Jarwo lebih mengerti arti hidup yang sebenarnya. Tanpa di sadari Jarwo
termasuk orang yang berperstasi di pesantrennya. Wanita yang muncul pada waktu
itu, sekilas membayangi Jarwo,Akan penasaran pada wanita berkrudung putih itu
membuat Jarwo terus mencari tahu,siapakah sebenarnya wanita itu.Surat yang
beramplop putih itu sering kali muncul dengan kata-kata yang indah tanpa
tercantumkan nama serta alamatnya, ketika jarwo berjalan menuju kamarnya, ia
melihat sebuah amplop surat kecil berwarna putih dari samping pintu kamarnya,
entah apa dalam pikirannya pada surat itu.
Surat terakhir yang di pegang Jarwo itu terlihat
tercantumkan nama (Shofiyah) tanpa adanya alamat rumah. Lalu,Jarwo pun membuka
surat itu dengan penuh hati-hati. Dalam surat tersebut berisi kata-kata yang
berbunyi “jika seorang wanita itu pantas untuk di cintai, maka janganlah ragu
untuk memilikinya”. Akhirnya Jarwopun mengetahui wanita yang selama ini ia
cari-cari. Dia adalah salah satu putri dari kiai pesantrennya yang selama ini,
baru lulus dari perguruan tinggi di luar negeri (Al-azar Al-syarif).*(Lin/Arta)
No comments:
Post a comment