![]() |
Foto; Acara Refleksi 5 Tahun Syiah terbuang. Dok. Ahmad |
Araaita.com - Tepat pada tahun 2012 LPM Ara aita Fakultas Dakwah UINSA Surabaya
menerbitkan majalah edisi yang ke 59. Dalam majalah terserbut ada data hasil
investigasi mengenai kondisi ekonomi warga syiah di Nangkeranang Sampang
Madura,
Dikatakan bahwa, warga Nangkeranang Sampang
yang mampu waktu itu bertani di
lahan sawah milik mereka sendiri, sedangkan bagi yang kurang mampu hanya
menjadi buruh di sawah milik orang lain. Penghasilan buruh (warga
nangkeranang red) kala itu berkisar antara Rp. 20 ribu sampai Rp. 30 ribu
per setengah harinya, tergantung pekerjaan yang dilakukan. Bagi golongan buruh
ini, minimnya mereka bisa mendapatkan Rp. 600 ribu dan maksimalnya mereka bisa
mendapatkan Rp.900 ribu per bulannya. Uang sedemikian sudah cukup untuk menghidupi istri dan
anak-anak yang tinggal di desa tersebut. Itulah sekilas latar belakang
kehidupan masyarakat syiah sebelum diusir.
Namun keadaan
tersebut terbalik sejak agustus tahun 2012 lalu, dimana warga Nangkeranang yang
menganut paham syiah di usir dari desanya, dan ngungsi di Rusun Jemondo
Sidoarjo. Hingga saat ini, komunitas syiah sampang
yang ada di Sidoarjo hidup terkatung katung dan sangat memperihatinkan karena
tidak punya penghasilan dan pekerjaan.
Sebanyak 81 kepala keluarga dan 335 jiwa, komunitas syiah saat ini ada
dalam posisi tercekik. Karena sudah lama tidak mempunyai akses kerja dan akses
usaha. Tapi pengeluaran tiap hari tidak berkurang dari 30.000 sampai 100.000
rupiah untuk belanja pangan dan kebersihan. Sedangkan pemasukan itu tidak ada. Sebagaimana
yang dikatakan Ibu Rohah warga syiah sampang yang mengatakan dirinya ingi
segera kembali ke desanya lagi agar bias bertani di tanahnya sendiri. Selama ini warga syiah menurut ibu
Rohah cukup bersabar. Apalagi saat ini musim hujan yang membuat tempat tinggal
mereka basah kalau hujan karena banyak yang bocor dan dindingnya sudah retak,
mereka kewatir roboh. “rumah kongsi kami sudah tidak layak ditempati, karena
mau roboh, apalgi atapnya banyak yang bocor dan dindingnya banyak yang retak.”
Ujarnya saat di wawancari araaita.com
Keinginan pulang warga syiah sampang ini bukan hanya karena kondisi
ekonomi mereka terjepit. Tapi mereka memperhatikan pendidikan anak anak mereka
yang seharusnya saat ini mengnyam pendidikan tapi malah tidak bisa. Selain itu
menurut mereka jika ada dikampung halamannya, merkea makan seadanya karena sayurpun
tidak perlu membeli dan mereka bisa bertani seperti dulu. Merka merindukan
kedamaian dan kenyamanan di desanya Nangkerang sampang. “kami merindukan
kedamayan dan kami ingin pulang agar bisa bertani kembali di desa.” Ungkapnya
kepada wartawan araaita.com (Ach)
No comments:
Post a comment