![]() |
Dok. www.uinsby.ac.id |
Kondisi tersebut membuat Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik yang sekaligus Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UINSA
itu memberikan masukan dan saran terkait apa yang harus dipersiapkan bagi
mahasiswa UINSA dengan background jurusan
kependidikan kedepan. Beberapa saran penting disampaikan Guru Besar bidang
Sosiologi itu dalam seminar bertemakan “Peran Media Sebagai Wahana Pendidikan
Masyarakat” yang diselenggarakan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Edukasi Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan (FTK) di Gedung SAC Lantai 3, Selasa, 19 September lalu.
Menurut Ketua Dewan Pimpinan Wilayah
Ikatan Ahli Ekonomi Islam (DPW IAEI) Jawa Timur itu, ada beberapa sosok yang
mempengaruhi anak pada masa perkembangan ditinjau dari jenjang pendidikannya.
Sosok ibu begitu dominan pada pengetahuan anak pada masa Golden Age. Kemudian ketika SD, figur guru di sekolah mendominasi ketimbang
orang tua. Menginjak SMP, pengaruh teman lebih besar dan puncaknya saat SMA,
ketiga komponen-komponen orang tua, guru dan teman saling berebut pengaruh dan ditambah
pengaruh lingkungan. Tapi menurutnya, teori tersebut relevan melihat kondisi 10
tahun lalu, saat kekuatan IT tidak se-dahsyat seperti saat ini. “Teori itu 10
tahun lalu, sekarang mulai SMP ada faktor lain, yaitu kekuatan sosmed atau IT,” ujarnya.
Praktis, TI berpotensi menggeser posisi tenaga pendidik dalam pemerolehan pengetahuan
bagi pelajar. “Posisi guru sebagai sumber pengetahuan saat ini sudah tergantikan
oleh IT, maka kepada adik-adik sekalian,
jangan sampai kehilangan sumber yang nomor dua yakni, guru sebagai sumber keteladanan,”
imbuhnya.
Menurut Prof Muzakki, pendidikan pada
era ini harus berubah. Tantangannya semakin jelas, yakni kecanggihan Teknologi
Informasi yang semakin luar biasa. Maka mahasiswa diharapkan agar memperkuat
kemampuan selagi dikampus. Yang pertama, Hard Competency dan yang kedua, Soft
Competency, tidak unggul secara akademik saja tetapi juga non akademik.
Dalam kaitan pemanfaatan TI, Prof. Muzakki
menghimbau mahasiswa lebih bijak meggunakan TI. Pertama dipesankan agar kaum
intelektual berhati-hati menyebarkan informasi. Pertama pastikan kebenarannya.
Begitupula saat menerima informasi. Pesan yang kedua, mahasiswa harus tahu
batas menggunakan gadget sebagai
sarana media sosial. Intensitas belajar jangan sampai dikesempingkan.
“Sebetulnya kita ini mahasiswa atau selebritis? Kalau selebritis kita interkonektif
terus,” ujarnya yang langsung diikuti gelak tawa peserta seminar.
Prof. Muzakki menambahkan bahwa masalah dalam
dunia pendidikan saat ini terletak pada konsentrasi menjaga konsentrasi. “Lebih
kuat mana membaca sosmed atau membaca buku?,” tanya prof Muzakki kepada segenap
peserta seminar yang hadir.
Sebelumnya, Prof. Muzakki juga berpesan mahasiswa harus memperkuat dua
kemampuan yaitu Hard Competency dan Soft competency. Hard Competency bersinggungan dengan pengetahuan dan akademik. Sementara,
Soft Competency berkaitan dengan
pendidik harus mempunyai karakter dan non
akademik. Hal itu penting dimiliki bagi guru sebagai sumber pengetahuan dan
sumber teladan. “Jelas berbeda generasi. Maka, mahasiswa harus lebih pintar
daripada dosen,” ujarnya.
Terutama kemampuan Soft Competency, Kolomnis beberapa media
nasional yang ini sangat menekankan pentingnya komponen tersebut. Menurutnya, persaingan
di dunia kerja saat ini semakin luar biasa. Maka selagi belajar kampus, menurutnya,
mendapatkan IPK bagus saja tidak cukup. Akan lebih baik jika mahasiswa mau
berorganisasi selama dikampus. “Bagaimana supaya mahasiswa bermental baja,
tahan banting, punya teknik lobbying bagus. Aktif di organisasi semasa
dikampus,” imbuhnya.
No comments:
Post a comment