![]() |
Foto : Nur Mahmudah El Madja / Doc Istimewa |
Oleh : Nur Mahmudah El Madja
Kasih Ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia
Bait lagu anak
– anak di atas menggambarkan cinta kasih ibu kepada anaknya tanpa syarat dan
tanpa batas. Cinta seperti ini disebut cinta sejati. Syaih Ahmad Atailah
menjelaskan dalam karyanya “Al Hikam” bahwa bukanlah dinamakan cinta orang yang
mengharapkan sesuatu dari yang dicintainya, atau menunutut kepentingan dari
orang yang dicintainya. Akan tetapi cinta itu adalah engkau memberikan
kepadanya, bukan engkau harus memperoleh sesuatu darinya.
Konsep cinta
yang disampaikan Syaih Ahmad Atailah ini sama persis dengan syair lagu anak –
anak di atas. Ini berarti cinta sejati lahir dari ketulusan hati dan tidak
mengharap apa – apa dari yang dicintai. Demikian pula seharusnya sang ibu. Ia
harus tulus dan ikhlas dalam mencintai anak – anaknya tanpa berpikir untung dan
rugi yang akan didapat.
Bentuk cinta
seorang ibu kepada anak – anaknya bermacam – macam. Dengan tabahnya ia
mengandung anaknya selama sembilan bulan. Dengan sabarnya ia berusaha menyusui
anaknya hampir genap dua tahun. Seorang ibu harus mengurus anak – anaknya tanpa
keluh kesa.
Rutinitas
sehari – hari yang dilakukan ibu adalah memandikan, mengenakan pakaian, memberi
makan dan melindungi anak – anaknya. Semuanya dilakukan atas dasar cinta kasih
kepada anaknya. Pengorbanan sang ibu seperti ini diapresiasi oleh Allah dalam
QS. Luqman : 14. Allah SWT berfirman, “Dan kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada kedua orang tuanya, dimana ibunya telah mengandung dalam
keadaan lemah yang menjadi – jadi, dan menyusuinya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada – Ku dan kepada kedua orang tuamu.”
Masih adakah
cinta sejati seorang ibu kepada anaknya pada era emansipasi wanita? Masih
adakah ketulusan kasih sayang ibu kepada anaknya pada masa profesionalisme
kerja? Pada abad milenium ini, kaum ibu menuntut kesederajatan hak dan
kewajiban dengan kaum pria. Pada masa profesionalisme ini, kaum ibu adalah
wanita – wanita karier. Konsekuensi logis dari konsep emansipasi dan
profesionalisme di atas, seorang ibu harus membagi waktunya untuk kerja dan
keluarganya.
Tentu saja
cinta ibu seperti ini tidak sama kualitasnya dengan cinta ibu rumah tangga.
Bahkan pada kasus tertentu dijumpai peristiwa ibu yang menelantarkan anaknya,
atau yang lebih tragis lagi, kasus ibu memperkejakan atau menjual anaknya,
sungguh ironis. Cinta ibu seperti ini telah raib dari hatinya. Dalam kasus
terakhir ini masih pantaskah ibu semacam itu diapresiasi dengan lagu anak –
anak “Kasih Ibu”? Atau masih layakkah ibu semacam itu disyukuri sebagaimana
perintah Allah?
Ibu yang seati
memiliki cinta sejati. Sebab ia bukan sekadar ibu biologis melainkan ibu
psikologis. Ketulusan cinta sejatinya akan mengorbankan waktu dan kesempatannya
demi keluarga dan anak – anaknya. Seluruh hidupnya ia darmakan demi menyiapkan
generasinya menjadi orang – orang kuat di zamannya. Andaikan sang ibu sejati
ini memiliki kesibukan di luar rumah, semisal bekerja dan berorganisasi, ia
tetap memprioritaskan keluarga dan anak – anaknya.
Perjuangan dan
pengorbanan ibu sejati tidak kenal henti dan tak terhingga sepanjang masa. Cintanya
diberikan kepada anaknya dari kanak – kanak sampai umur senja. Jiwa, rasa,
harta, dan do’anya diberikan cuma – cuma kepada anaknya tanpa diminta.
Sepanjang umurnya, hanya anak – anaknya yang menjadi harapan dan kebanggaannya.
Tidak ada cerita yang menarik kecuali cerita tentang kesuksesan anak – anaknya.
Sepanjang masa cinta ibu memang selalu menyinari langkah – langkah anaknya.
Ketulusan cinta
ibu sejati seperti ini akan melahirkan anak – anak yang bermartabat. Ketulusan
kasih sayangnya turut pula membentuk karakter anak menjadi orang – orang
terhormat. Keikhlasan dalam mengorbankan diri demi anaknya sering melahirkan
orang – orang berprestasi. Tokoh – tokoh dunia yang hebat dan berprestasi lebih
banyak dilatarbelakangi ibu – ibu yang peduli. Sebaliknya orang – orang yang
menjadi sampah masyarakat cerminan dari keluarga/ ibu yang tidak peduli pada
perkembangan anaknya. Tepat sekali apa yang menjadi peribahasa “Buah jatuh
tidak jauh dari pohonnya”.
Berprestasi
atau tidaknya anak merupakan hasil kerja orang tuanya termasuk ibunya. Ini
berarti kerja ibu dalam mengantarkan anaknya menjadi orang – orang berprestasi
berbanding dengan cinta dan pengorbanannya demi kepentingan anaknya. Ibu yang
rela berkorban memperhatikan sikap, ucap, semangat, dan kedisiplinan anaknya
akan beroleh anak yang unggul dan berprestasi.
Ibu yang dengan
cintanya menghargai setiap pekerjaan anaknya akan mendapatkan anak yang penuh
percaya diri. Berbeda dengan ibu yang sibuk memikirkan dirinya sendiri ia
cenderung mengabaikan perkembangan anaknya. Ia lebih suka mengendalikan anaknya
dengan aturan – aturan dan perintah. Ia sering tidak menghargai kerja anaknya.
Ibu seperti ini akan mendapatkan anaknya menjadi orang – orang yang suka memaki
dan berputus asa di kemudian hari.
Kalau ada ibu
yang masih suka mengeluh tentang anaknya berarti ia belum bisa mensyukuri
karunia anak yang diberikan Allah kepadanya. Anak dalam segala bentuk rupa,
warna, karakter, dan tingkat kecerdasan adalah soal – soal kehidupan ibu. Ibu
sejati akan berusaha dengan cintanya menyelesaikan soal Tuhannya dengan penuh
ridla. Ibu sejati tidak akan pilih – pilih anak macam apa yang dicintai.
Anak yang lemah
dan berkebutuhan khusus pun akan didiknya dengan penuh cinta kasih. Ibu sejati
tidak akan menyesal bila harus mengurus anak – anaknya yang berkebutuhan
khusus. Ibu sejati akan menjadikan anak – anaknya sebagai ladang pahala. Bagi
ibu sejati anak adalah titipan Ilahi yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat
nanti.
Ibu sejati
adalah pahlawan bagi anak – anaknya. Pahlawan berarti orang yang hidupnya
mencari dan mengumpulkan pahala. Bagi ibu sejati, melayani anak – anaknya untuk
menjadi anak salih adalah pahala; mendidik anak – anaknya menjadi anak
berkarakter adalah pahala, mengarahkan anak – anaknya menjadi anak yang tahu
diri adalah pahala. Semua jasa dan pengorbanannya demi menyiapkan anak –
anaknya menjadi orang yang kuat pada masanya adalah bentuk ketaatan/ ibadah
kepada Allah yang bernilai pahala.
Dalam konteks
memahami pahlawan seperti ini, ibu sejati akan berusaha sekuat tenaga
mengorbankan jiwa dan raganya demi kebaikan keluarga dan anaknya. Ibu sejati
akan berusaha menghadapi semua ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan demi
menciptakan anak – anaknya menjadi orang yang sempurna di masa depan. Makna
pahlawan bagi ibu sejati adalah menghadang musuh – musuh anaknya. Musuh bisa
berupa kemalasan, teman jahat, asyiknya bermain, atau indisipliner. Ibu sejati
berusaha menjaga dan mengawal anak – anaknya menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Ikhtiar ibu
sejati tidak berhenti begitu saja. Untaian do’a tidak henti – hentinya ia
panjatkan demi kesuksesan anaknya. Dengan penuh keyakinan, ibu sejati sudah
berusaha mengikhtiari diri untuk melayani keluarga dan anak – anaknya. Do’a
tulus pun tidak lupa dibacanya demi melengkapi cita – cita mulyanya. Baginya,
harapan anaknya menjadi anak sukses.
Do’a dan
munajat diucapkannya setiap waktu. Ikhtiar dan do’a sudah cukup menjadi
kepuasan pengabdiannya. Bagi ibu sejati, keputusan Tuhan adalah keputusan
terbaik. Ia akan menerima keputusan Tuhannya dengan penuh ridla. Ibu sejati
selalu menjaga anak – anaknya dengan ikhtiar dan do’a sepanjang waktu.
Cinta ibu
sejati berbentuk ikhtiar konkrit berupa kegiatan dan kepedulian terhadap
anaknya. Keinginan dan usahanya menjadikan anak – anaknya dapat hidup dengan
lebih baik merupakan jasa dan pengorbanannya tanpa minta balasan. Ibu sejati
berkeyakinan “Barang siapa menanam kebaikan, akan memanen kebaikan”.
Orientasi
pengabdian ibu sejati adalah menjalankan amanah Tuhannya. Positif Thinking ibu
sejati kepada Tuhannya merupakan kekuatan yang dahsyat untuk melanjutkan
perjuangan dan pengorbanannya untuk menjaga amanah Tuhannya, berupa layanan
terbaik kepada anak – anaknya. Ketulusan dan keyakinan ibu sejati seperti ini
akan dapat mengantarkan pada kesuksesan anak.
Penulis merupakan warga RT. 01/ RW. 02
Dusun Galang Desa Sukoanyar
Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan, dan sekarang sedang menempuh pendidikan strata S1 Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Email - nelmadja@yahoo.co.id
No comments:
Post a comment