Araaita.com - Pria separuh baya itu duduk dikursi ruangan
akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi (27/10). Memakai baju batik yang
menandakan bahwa hari tersebut adalah Jum'at, seolah yang dikenakan oleh
pegawai negeri atau swasta lainnya.
Pagi itu Anis, sapaan yang kerap dilontarkan pegawai lain atau
mahasiwa memang sedang terlihat duduk istirahat. Ia baru selesai menyidang
mahasiswa yang sedang menempuh tugas akhir dan baru saja beberapa menit lalu
telah diwawancarai oleh anggota magang dan kru araaita.com terkait seminar
nasional.
Tak disangka 23 Oktober 2017 lalu, ia baru kembali dari Tilburg
University, Belanda. Bukan liburan tujuannya, namun ia sedang belajar untuk
mendalami jurnal internasional yang diselenggarakan oleh pemerintah Belanda dan
Jerman.
Ini merupakan wujud dari apresiasi atau penghargaan dari pimpinan
rektorat kepada pada pengelola jurnal di universitas yang telah terakreditasi
dan berstandart International Standard Serial Number (ISSN).
Ia menjadi salah satu perwakilan dari Jurnal Komunikasi Islam (JKI)
yang satu-satunya dimiliki oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi, yakni milik
program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). "Karena mungkin yang
lain belum bisa, sehingga yang ditunjuk sebagai perwakilan yakni dari kepala
program studi," pungkasnya.
Tidak sendiri, ia ditemani oleh pengelola jurnal-jurnal dari
fakultas maupun dari universitas. Seperti jurnal akreditasi Ad-Daulah dari
Fakultas Syariah dan Hukum, Sufi dari Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,
Islamica dari pasca sarjana, dan jurnal internasional yakni Jurnal Islamic
Studies (JIS) dari universitas.
"Sehingga total yang dikerahkan dari
seluruh pengelola jurnal beserta para pimpinan dari universitas ada 9
orang," sambung Anis Bachtiar, nama lengkap yang dimilikinya.
Setelah hampir dua minggu ia mempelajari jurnal internasional, ilmu
yang didapatkan tentunya akan diimbaskan terutama kepada JKI. Ia berusaha keras
agar kualitas dari JKI dapat menjadi lebih baik.
"Memang sementara belum optimis, namun yang paling utama yakni
memperbaiki kualitas jurnal terlebih dahulu. Kalau sudah memungkinkan nanti
tidak akan sulit untuk menjadikan JKI menjadi jurnal internasional,"
tegasnya.
Melihat besarnya keterbukaan dari pengelola jurnal di Belanda, Anis
sendiri merasa kendala yang nantinya akan dihadapi tidak terlalu signifikan.
Karena mengingat mereka (pengelola jurnal Belanda, red) sangat terbuka, siap
membimbing dan tidak ada tendensi apapun.
"Mereka welcome untuk
mengembangkan keilmuan yang mereka miliki. Tidak ada istilahnya untuk
menutup-nutupi. Kita banyak memperoleh informasi terkait pengelolaan jurnal
internasional yang lebih baik," tuturnya dengan sumringah.
Untuk kedepan yang diharapakan oleh Anis, yakni terdapat
kekonsistenan dari penerbitan JKI. Agar kedepan ketika KPI mengadakan pengajuan
akreditasi maka, program studi bisa bertahan ataupun lebih baiknya yakni
meningkat. (Ann)
No comments:
Post a comment