![]() |
doc. Repro Internet |
Sepulang sholat ashar dari masjid aku segera menuju ke kamar dan
mengganti pakaianku. Tak lama kemudian teman-teman datang dan dan memanggilku
dari depan rumah.
“Tonii.. Tonii.. main yuuk.” Teriak mereka.
“Iya tunggu sebentar.” Jawabku
Sebelum berangkat main, aku pun meminta ijin dan berpamitan pada
ibuku. Setelah diperbolehkan, “Assalamu’alaikum bu toni berangkat.” Salamku
sambil mencium tangan ibu.
Lalu aku keluar menghampiri teman-temanku.
“Mau main apa nih kita?” Tanyaku kepada teman-teman
“Main gobak sodor yuukk!!” Ajak Dani salah satu temanku.
“Boleh-boleh.” Jawab yang lainnya bersamaan.
Berangkatlah kita berjalan kaki ke lapangan depan masjid Baitussalam,
disitulah tempat biasa kita bermain.
Sesampainya kita di lapangan fahmi dan fakhri segera membuat
garis-garis yang membentuk 6 kotak dengan menggunakan batu bata sebagai medan
kita bermain gobak sodor, aku pun segera mengumpulkan teman-teman yang lain dan
membagi mereka menjadi dua kelompok sesuai dengan hom-pim-pa yang kita lakukan bersama-sama.
“Oke Linda, Fitri, Fahmi, Tio dan Baba kelompok satu. Aku, Fakhri,
Mia, Aisy dan Dani kelompok dua.” Jelasku menyebutkan pembagian kelompok
masing-masing.
“Siyaaapp!!” jawab teman-teman serentak.
Permainan dimulai dari kelompok dua berjaga dan kelompok satu
bermain. Gobak sodor berlangsung sangat seru juga setiap kelompok berantusias sekali
untuk menjadi pemenang.
Namun saat ini kelompok dua lah yang memiliki nilai
unggul yaitu 3-1.
Tak lama kemudian ketika kelompok dua berjaga Fakhri menyentuh Tio
anggota dari kelompok satu yang artinya bahwa mereka kalah. Tetapi Tio tidak
mengakuinya dengan alasan tidak terasa
bahwa Fakhri dapat menjangkaunya ketika berlari melewati garis.
“Tadi aku lari lebih cepat daripada Fakhri, dia tidak mengenaiku.”
Bantahnya kepada semua taman-teman.
Fakhri dan Tio pun bertengkar dorong mendorong sambil mengejek satu
sama lain. Aku dan teman-teman lainnya pun berusaha melerai mereka berdua.
“Sudahlah ini hanya permainan, tidak perlu bertengkar seperti ini.”
Lerai Mia
“Sekarang maaafan ya.. tidak boleh lagi bertengkar, tidak boleh
lagi ada dendam. Kita adalah saudara sesama muslim, umat Allah harus saling
menyayangi, memaafkan dan mengingatkan.” Aku berusaha menenangkan situasi yang
sedang panas.
Akhirnya
semua damai, mereka berdua saling bersalaman dan memafkan, kita semua juga ikut
berpelukan tanda saling menyayangi satu sama lain. Kemudian kita segera pulang
ke rumah masing karena hari mulai petang dan tak lama lagi adzan Maghrib juga
akan dikumandangkan.
Oleh: Ainun Amalia
*Penulis adalah Mahasiswa Semester V Komunikasi dan Penyiaran Islam
UIN Sunan Ampel Surabaya
No comments:
Post a comment