Adanya perkembangan teknologi dan informasi begitu pesat di
era yang serba canggih ini, ditandai dengan munculnya suatu barang yang begitu
menghipnotis banyak orang. Barang tersebut bagaikan narkoba yang seakan-akan
membuat konsumennya kecanduan, pasti semua orang tak asing lagi dengan yang
namanya ‘gadget’.
Gadget merupakan
barang elektronik berukuran kecil yang memiliki fungsi tertentu, bisa digunakan
untuk berkomunikasi antara individu satu dengan yang lain, bahkan yang jaraknya
terpaut jauh pun bisa dijangkau dengan mudah dan cepat oleh barang kecil ini
Perkembangan gadget
yang kian hari kian meningkat ini, perlu adanya kewaspadaan oleh setiap orang.
Dimana gadget telah mengalami
perubahan setiap waktunya. Apalagi gadget
masa kini sudah dilengkapi dengan aplikasi-aplikasi yang menarik, seperti
aplikasi sosial media (line, whatsapp, instagram, bbm, dan lain-lain), aplikasi
edukasi, hingga aplikasi permainan.
Saat ini, banyak orang yang menginginkan hal praktis dan
instan dengan fasilitas yang telah disediakan oleh gadget. Misalnya saja, ketika seseorang merasa lapar, dengan segera
membuka aplikasi untuk memesan makanan pada gadgetnya,
salah satunya aplikasi go food.
Aplikasi sejenis go food ini
disamping memudahkan orang untuk mencapai kebutuhan makannya, tetapi juga
berpengaruh terhadap meningkatnya kemalasan seseorang. Karena jika orang
tersebut malas untuk membeli makanan di luar rumah, ia cukup menekan aplikasi go food, lalu menunggu beberapa saat,
petugas go food akan mengantar
makanan orang tersebut sampai di depan rumah.
Tidak hanya itu, orang-orang juga dimudahkan oleh jaringan
internet. Salah satu tersedianya jasa untuk mengerjakan tugas seperti situs
tugas pada brainly.co.id. Para siswa dan mahasiswa hanya tinggal membuka google
di layar gadget dan mencari bahan
yang dibutuhkan, semuanya akan muncul dalam hitungan detik saja. Padahal jika
kita lihat orang-orang terdahulu yang belum memiliki gadget, mereka hidup mandiri dengan apa yang mereka pikirkan.
Dengan adanya gadget
pula, banyak orang yang kurang bisa bersosialisasi terhadap lingkungannya,
seperti ajang kumpul atau reuni dengan teman, masing-masing dari mereka asik
dengan gadgetnya, padahal acara
kumpul seperti ini bisa dimanfaatkan untuk saling cerita pengalaman maupun sharing ilmu.
Gadget pun
seolah-olah merubah aspek kehidupan seseorang, salah satunya dampak yang
ditimbulkan dari gadget pada aplikasi
permainan. Seperti berita yang dilansir oleh CNN Indonesia, salah satu warga
asal Dongguan, China mengalami kebutaan akibat dari bermain video game yang ada
di ponselnya dari pukul 4 sore hingga 11 malam.
Beberapa kasus juga dialami orang-orang yang mengambil foto
(selfie) dari gadgetnya, pada waktu dan tempat yang kurang tepat. Tak sedikit
pula yang mengalami musibah kecil hingga yang kehilangan nyawanya. Pada tahun
2014, Departemen Transportasi Amerika Serikat mencatat 33.000 orang terluka
karena berfoto selfie sambil
berkendara. Di India terdapat 27 kematian akibat foto selfie. Kasus terbaru yang dilansir oleh kapanlagi.com pada tanggal
23 Februari 2017, dua mahasiswi asal AMIKOM Cilacap, Jawa Tengah, yang
meninggal dunia akibat selfie, diduga
mahasiswi ini kepleset dan hanyut di Sungai Kedung Nila, Banyumas setelah
melakukan kegiatan selfie.
Dari sekian dampak yang saya sebutkan di atas, perlunya
adanya wawasan untuk penggunaan gadget
secara tepat. Jangan sesekali menjadikan gadget
sebagai kebutuhan prioritas. Boleh saja menggunakan gadget tetapi juga harus melihat waktu dan kondisinya.
Terlebih lagi peran orang tua begitu penting dalam meminimalisir
kasus gadget yang ada di dunia ini.
Seharusnya orang tua tidak memberikan gadget
kepada anak hingga tepat pada usia 14 tahun, seperti apa yang diterapkan oleh
Bill Gates (penemu microsoft) kepada anak-anaknya. Orang tua sebaiknya
memberikan jadwal untuk memegang gadget,
belajar, makan, berkumpul dengan keluarga. Tak lupa, orang tua harus bisa
memberikan nilai-nilai agama dalam diri anak.
Tidak hanya peran orang tua, tenaga pendidik juga harus
tegas dalam kegiatan belajar para murid di sekolah. Pihak sekolah memberikan
aturan tegas untuk tidak mengijinkan siswanya membawa gadget.
Begitu pula diharapkan bagi pemerintah agar turut
berkontribusi, dengan mengadakan kegiatan-kegiatan positif untuk masyarakat
Indonesia. Seperti kegiatan pelatihan atau workshop bagi pemuda dalam
pemanfaatan Teknologi dan Informasi, pelatihan terkait media untuk warga di
kota terpencil, dan kegiatan positif yang lain.
Oleh: Warda Hikmatul Mardiyah
*Penulis adalah Mahasiswa Semester III Ilmu Komunikasi
UIN Sunan Ampel Surabaya
No comments:
Post a comment