doc. Tyas/Arta |
Araaita.com -
Selasa (14/12) di Aula Fakultas Dakwah dan Komunukasi sedang berlangsung acara
Workshop yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Prodi Komunikasi Penyiaran Islam
(Himaprodi KPI).
Workshop tersebut
menghadirkan dua narasumber yang pertama Emil Misbach dan yang kedua Mustika
Muhammad.
Mustika Muhammad dalam
kesempatannya menyampaikan materi tentang bagaimana cara membuat program berita
di televisi.
Lulusan IAIN Sunan Ampel
tahun 2000 ini mengungkapkan bahwa cara membuat sebuah program berita di
televisi bisa diumpamakan seperti orang yang sedang memasak.
"Cara bikin program
berita di televisi itu dianalogikan seperti anda mau memasak," ungkap pria
yang kini menjabat sebagai Kepala Biro NET Jatim tersebut.
Menurutnya langkah pertama
yang harus dilakukan adalah menentukan apa yang akan dimasak atau menentukan
jenis program berita apa yang akan dibuat.
Sebelum itu, ia juga
menjelaskan bahwa terdapat 3 jenis program berita, yakni buletin yang berisi
kumpulan-kumpulan berita, current affair yang isinya berita tentang investigasi
dan yang terakhir magazine yang berisi berita ringan seperti kuliner dan
wisata.
Setelah penentuan
tersebut, langkah selanjutnya adalah menentukan bahan-bahan memasak atau
istilahnya pra-produksi.
"Jadi dalam pra-produksi
ada sebuah rapat menentukan ide, topik, angle berita, bingkai berita,
menyiapkan tim liputan, menentukan alat, hingga menghitung uang
pengeluaran," jelas pria lulusan jurusan Ilmu Hadits tersebut.
Tak hanya sekedar rapat,
Mustika menambahkan para jurnalis tv harus mengetahui tentang berita-berita
yang sedang terjadi di negeri ini agar menghasilkan ketajaman pada beritanya.
Dari pra produksi,
selanjutnya adalah proses produksi atau proses peliputan berita. Di sini pria
berbaju kotak-kotak itu menganalogikannya dengan proses membeli bahan
masakan.
Di samping para wartawan
tersebut sedang berbelanja bahan masakan, produser atau Mustika menyebutnya
dengan chef, menyiapkan alat-alat untuk mengolah bahan-bahan tersebut.
Setelah proses tersebut
usai, tugas selanjutnya adalah mengolah bahan-bahannya atau disebut dengan
pasca produksi.
Dalam hal ini pria yang
pernah menjadi jurnalis Tv One ini
menceritakan bagaimana sulitnya menjadi seorang produser yang harus mengatur
semua proses produksi berita.
"Produser mulai
membuat naskah, editing video, mengatur visual, menentukan mana yang dibutuhkan
mana yang tidak, dan di situlah hecticnya seorang produser," ungkap
Mustika dengan nada semangat.
Di samping ada produser
yang memasak bahan-bahan tersebut, ada juga eksekutif produser yang Mustika
ceritakan selalu membuat para juru masak tersebut tegang dan gugup, dengan
selalu berteriak-teriak mengingatkan waktu tayang berita.
Setelah semua bahan selesai
dimasak, kemudian produser pun bertukar peran dengan eksekutif produser. Ketika
berita tersebut ditayangkan, eksekutif produser menjadi seorang dirigen yang
mengatur semua alurnya seperti masuknya gambar, audio dan lain sebagainya.
Sambil menjelaskan,
Mustika pun bercerita pengalamannya tentang bagaimana sulitnya dan luar biasa
stresnya ia saat menjabat eksekutif produser buletin berita sore.
"Saya diposisi yg
tadi saya cerita, sebagai orang yang teriak, apalagi kalau terkena masalah
teknis, habis saya," tuturnya dengan wajah yang ekspresif.
Proses terakhir dari
produksi program berita adalah evaluasi. Di sini dievaluasi penanyangan berita
kira-kira apa saja yang menjadi kekurangan.
Di dalam pra produksi,
proses produksi dam pasca produksi, Mustika mengatakan tak jarang ia berdebat
bahkan bertengkar dengan jurnalis lainnya. Namun itu semua berakhir ketika
evaluasi dan melihat hasil jerih payahnya dan berapa pemirsanya yang menonton. (Khildah)
No comments:
Post a comment