![]() |
Dewi
Rahma Qorinah*
|
Di tahun ini, Di abad
ini, dan di bulan terakhir ini,
Perkembangan otak manusia memanipulasi menjadi otak berkekuatan di atas
rata-rata. Dengan bantuan sebuah cip kecil berukuran 1×1 cm yang memang sengaja
di tanamkan di otak bagian belakang manusia. Dan di tahun 4040 ini tak di sebut
sebagai manusia lagi. Namanya Zombie. Makhluk mengerikan dengan darah dan nanah
yang bercampur menjadi sebuah bau yang tak sedap jika di hirup.
Pemerintahan negara
di zona aman bahkan sudah memagari negaranya dengan pagar besar besi yang akan
mengeluarkan listrik dan secara spontan zombie yang menyentuhnya langsung tewas
terkapar di tanah. Tanah berwarna kemerahan akibat darah yang terlalu
mendominasi.
Pulau
Jawa, Area Timur.
“Ayah,bagaimana aku
bisa keluar seperti dulu. Mengendarai kuda dan berlaku bebas tanpa halangan seperti
sekarang?” Ucap seorang gadis berambut cokelat dengan mata hazel dan hidung
mancung bak paruh seekor elang.
Sedangkan pria paruh
baya dengan janggut putih memanjang itu sedang menatap lurus ke arah pagar
tinggi yang sudah berwarna kusam karna umur tahun yang terus berjalan.
“Sampai takdir
mengerikan ini berakhir,nak.”
“Tapi, sampai
kapan,ayah? Ada apa dengan dunia luar sana?” gadis manis itu menunjuk ke arah
gerbang dengan mata yang meminta jawaban detail. Bukan jawaban yang setiap
harinya berisi dua kata.
“Sangat berbahaya.”
Itulah yang setiap hari gadis itu dengar tanpa kepastian yang jelas. Bisa-bisa
saja ia menerobos keluar dan membuktikan sendiri ada apa sebenarya disana.
Tapi,perasaan ragu terus menggerogoti dirinya.
“Ayah,”
“Jangan pernah
membahas masalah ini lagi, Kedranata Sibung.”
Gadis yang di panggil
dengan nama lengkapnya itu mengangguk pasrah sebelum melangkah masuk ke dalam
kamarnya. Membiarkan Sang ayah berdiri di balkon sambil menatap nyalang pagar
di depan sejauh 400 meter.
Pulau
Kosong, Area Barat Indonesia Ujung
“Jangan beri
kebebasan untuk manusia tersisa di penjara.” Suara berat yang menjamah setiap
inchi sebuah ruangan berukuran sedang yang di dominasi warna hitam itu menjadi
bukti betapa mengerikannya ruangan itu. Sedangkan, seorang berjaket bulu
serigala dengan celana panjang itu sedang berhadapan dengan segerombol cip cip
kecil yang entah berapa jumlahnya itu.
“Baik,tuan.” Jawab
seorang berpawakan besar di seberang.
Setelah orang itu
pergi, terdengar tawa menggelegar di ruangan itu. Tawa mengerikan yang siapa
saja akan merasakan bulu sekitar tubuhnya meremang seketika.
“HAHAHAHAH, Aku,
Regatrama akan menjadi penguasa seluruh umat manusia di dunia ini.” Ucapnya
dengan iringan suara hembusan angin dari jendela yang terbuka. Menyibak gorden
yang juga berwarna hitam dengan tanpa eloknya.
“Apa untungnya
menjadi manusia jika tak bisa memimpin manusia lainnya? Haha, sampah
masyarakat!”
“Sebutan apa untuk
manusia tak berotak? Oh,iya. Zombie. Menggelikan dengan nama aneh itu. Oh,tuhaaan.
maafkan aku jika mengubah takdirmu menjadi sesuatu yang bisa aku putar dengan
benda kecil menakjubkan seperti ini.” Pria itu memegang satu cip dan menatapnya
lekat-lekat. “Ini dia benda kecilnya. Hahaha, pintar bukan?”
Brakk!
Sebuah suara gebrakan
keras terdengar dan membuat pria bernama Regatrama itu terjingkat dari
duduknya. Ia menatap tajam ke arah pria yang baru saja masuk dengan keringat
yang sudah membanjiri setiap inchi wajahnya.
“Apa
yang kau lakukan Reta? Kau tak punya sopan santun?”
Sebelum membalas
ucapan tuannya. Reta menetralkan nafasnya yang berburu kesana kemari.
“Tuan, ada satu virus
yang berhasil menginfeksi cip yang tertanam di otak.” Lantas, berita mana lagi
yang berhasil membuat seorang Regatrama berdiri dengan mata yang nyalang
menahan amarah? Sialan sekali. Cip yang ia buat telah terkontaminasi. Masalanya
disini, siapa yang dengan beraninnya membuat virus itu?
“Siapa yang merancang
virus itu, Reta?” ucapan regatrama terdengar mengerikan bagi pria yang sedang
berlutut sambil menunduk itu.
“S-saya tidak t-tahu
tuan, ada 3000 sistem virus yang berhasil masuk dari 5000 virus yang di kirim.
Dan itu, berhasil membuat cip yang tertanam retak. M-mungkin sebentar lagi akan
memulihkan kerja otak manusia.”
Tanpa berniat membalas
ucapan dari Reta, Regatrama langsung mengajak langkah kakinya menuju ruangan
inti yang terdapat di dalam tanah sedalam 10 meter. Ia tak habis pikir, siapa
yang berani megkhianatnya dengan membuat virus aneh yang membuat rencananya
hampir gagal?
Pasti orang dalam
yang bekerja dengannya. Tapi,siapa?
Nafas yang sudah
lebih dahulu memburu keemosian di dalam diri Regatrama sangat kentara dengan
sikap bar-bar yang di tunjukan. Lihatlah, benda apa saja yang sudah jatuh pecah
setelah Regatrama lewat. Pria itu seperti srigala lapar yang terjebak di padang
pasir tanpa tanaman ataupun makhluk hidup lain selain dirinya. Lapar yang
menjujung emosi di setiap langkahnya.
Sangat cepat bahkan,
pintu ruangan inti sudah terbuka lebar akibat kakinya yang menendang kuat.
Matanya menelusuri ruangan besar yang terdiri dari alat alat besar pengubung
cip dengan otak manusia yang di tuju. Semua orang yang bekerja disana menatap
lalu memberi hormat pria yang baru saja masuk dengan energi negatif tinggi.
“SIAPA YANG DENGAN BERANI
TANPA PENGAWASAN MEMBUAT VIRUS ANEH DISINI?”
Hebat!
Suaranya menggema.
Membuat sebagian orang disana menutup telinganya rapat-rapat dengan tangannya
masing-masing. Regatrama berjalan ke setiap pekerja disana.
“JAWAB! KENAPA
SEMUANYA DIAM!?”
Hanya hening yang
berbicara sebelum Regatrama keluar ruangan mengambil pedang besar yang entah
berapa senti panjangnya.
Pulau Jawa, Area Timur.
Seorang gadis termaku
di depan cermin sambil memainkan rambut cokelatnya. Ia menatap asing pada kotak
kecil berwarna merah yang entah siapa yang menaruh dan ada apa di dalamnya. Ia
masih takut untuk membuka.
Hingga, hati beserta
otaknya tak menerima untuk menunggu lama. Tanpa babibu lagi, ia mengambilnya
perlahan dan membawanya ke arah balkon. Ia duduk di sebuah kursi yang ada
disana.
“Sebenarnya ini dari
siapa?”
Sambutan angin yang
tak bersahabat membuat kotak yang di pegangnya jatuh dan berserakan beserta isi
yang sudah beberapa detik lalu membuat gadis berambut cokelat itu penasaran.
“Benda apa ini?”
ucapnya mengambil benda kecil berukuran 1×1 berbentuk persegi. Ada kode khusus
di setiap ujungnya. Tapi, gadis bernama Kedranata itu masih tak mengerti benda
apa yang di pegangnya ini. Sangat kecil dan sangat rumit menurutnya.
Tunggu!
Ada note yang
tertinggal di lantai marmer berwarna putih susu itu. Lantas, Kendranata
mengambilnya dan membukanya. Masih pada paragraf pertama, gadis itu menahan
nafasnya. Sebenarya surat apa ini?
Sudah menemukan CIP
kecil? Coba Anda pasangkan dengan kabel panjang di balik kotak merah yang anda
terima nona Kendranata.
Bagaimana si pengirim ini bisa mengetahui
namanya? Setelah ribut dengan pemikirannya sendiri, Kendranata melanjutkan
membaca isi note itu. Tepatnya di paragraf kedua.
Jika sudah, malam ini temui saya di luar pagar besi
dengan membawa benda kecil yang sedang anda pegang. Jangan ragu untuk keluar.
Saya akan menunjukan sesuatu yang menjadi pertanyaan anda selama ini.
Manfaatkanlah.
Tertanda,
ZI
Baiklah, ini adalah hal aneh. Tapi,rasa ingin
tahu di dunia luar pagar membuat Kendranata memasang kabel pada benda kecil
yang ada di tangannya. Setelahnya, terdapat sinar biru seperti laser yang
muncul dari benda itu. Kendranata memasuki kamarnya kembali dengan perasaan
campur aduk yang bersarang.
20:00
p.m
Kendranata siap menjadi penelusup untuk malam
ini di areanya sendiri. Ia menggunakan jaket tebal dengan celana jins simple.
Langkahnya kecil mengendap-endap berharap pengawal yang berjaga tak menemukan
dirinya. Pasalnya, semakin larut malam, penjagaan semakin di ketati dari sisi manapun.
Tersenyum dengan ide baik lainnya, Kendranata
mengikuti seorang pengawal yang hendak keluar pagar. Ia bersembunyi secara
hati-hati agar tak menjadi rusuh. Anehnya, Setelah pengawal itu keluar, pagar
pusatnya di biarkan terbuka tanpa penjagaan khusus. Aneh.
Baru saja gadis berambut cokelat itu keluar
dari pagar, rasa dingin langsung menusuk cepat di area kulit yang terbuka.
Seperti leher dan kaki contonya.
Boooom!
Ada seseorang yang mengagetkannya dengan
membekap mulut Kendranata dengan tangan yang berukuran besar. Tungggu! Tangan?
Dengan yang ia bisa, Kendranata berusaha melepaskan apa yang membekapnya.
Tubuhnya di tarik menjauh. Matanya hanya bisa melihat siluet seorang pria
kekar. Kali ini, ia menyesali tindakannya yang keluar dari zona aman. Seperti
sebutan ayahnya.
“Lwepaskhaaan.” Ucapnya tak karuan terhalang
bekapan di mulutnya.
Akhirnya.
Bekapan itu terlepas dengan sambutan suara
yang membuat Kendranata menoleh ke belakang. Ia menatap seorang pria tinggi
bermata biru jernih. Pria itu membawa sesuatu di tangannya.
“Siapa kamu?” teriak Kendranata kalut.
Pria itu malah mendekati Kendranata sambil
mendekatkan jari telunjuknya di bibir. Seperti meginstrupsikan agar gadis itu
diam dan tak berisik untuk sesaat. Bodonya, seorang Kendranata, putri keturunan
raja hanya bisa mengangguk dua kali.
“Saya pengawal disini, saya akan menunjukkan
sesuatu kepada Anda. Tapi, janji! Anda jangan berisik atau nyawa kita berdua
akan lenyap begitu saja.”
Kendranata masih tak
mengerti saat pria tampan di depannya menarik tangannya menuju ke tengah zona
berbahaya. Bisa ia rasakan, hawa dan suhu udaranya berubah. Ada bau tak sedap
mulai muncul.
“Sebenarnya ini
tempat apa?” tanyanya yang sedari tadi menggelitiki lidahnya.
“Stop! Lihat itu.”
Pria itu menggeret Kendranata untuk bersembunyi di balik pohon besar sambil
menunjuk siluet bungkuk yang entah terlihat seperti makhluk aneh tak berkepala.
Kendranata menutup mulutnya sendiri ketika siluet itu mendekat jelas. Ada darah
dan nanah yang keluar dari lubang hidng,mulut, dan, ah, Kendranata benci
menjelaskan ini. Makhluk itu berperut bolong. Bisa ia lihat usus beserta isian
lainnya keluar tanpa berhenti.
“Apa itu alien?”
“Bukan, dia zombie.
Dia yang menjadi alasan kamu tak boleh meninggalkan tempatmu tanpa izin.
Makhluk inilah yang di takutkan semua orang. Apa kau membawa CIP?” Kendranata
terlihat berfikir. Lantas, pria itu mengghembuskan nafas kasarnya. “Maksudku
benda kecil itu, nona.”
“Oh,ini.”
“Baiklah, mari aku
jelaskan. Dari benda inilah makhluk bernama zombie itu terbentuk. Cip ini
bersarang di otak bagian belakang mereka. Mengubah sistem saraf dan
menjadikannya non. “
Kendranata dengan
jujur menggeleng.
“Aku tak mengerti.”
“Ikut aku dan kau
akan mengerti semuanya. Dan mungkin, ini adalah sejarah terakhir bagi zombie
disini.”
Menelusuri tempat
berbahaya dengan mobil dan kapal yang di kendalikan pribadi. Siapa yang tak
takut? Seperti Kendranata sekarang. Gadis itu terlihat frustasi menahan takut
akibat gelombang laut yang tak stabil menggoyang-goyangkan kapal yang di
tumpanginya.
Hingga, perjalanannya
membawa dirinya ke sebuah tempat besar di ujung Pulau kosong tak berpenghuni.
Bulunya berdiri
ketika berkali kali suara hewan liar terdengar.
“Kita dimana?”
“Kau akan
mengetahuinya,nona.”
Persis yang di
lakukannya mengendap-endap untuk keluar dari pagar, kini ia melakukannya lagi
di tempat yang berbeda. Pria yang sama sekali tak ia kenal menyeretnya ke
sebuah tempat bawah tanah dengan menggunakan pintu rahasia di balik pohon
besar.
“Ap-“ ucapannya
terhenti kala suara langkah kaki terdengar mendekat. Ia bersama pria itu
bersebunyi di balik tembok penghubung koridor.
“Jangan berisik,
disini banyak penjagaan.”
“B-baik”
Dikira sudah,
keduanya melanjutkannya menuju tempat inti pembuatan zombie. Bisa Kendranata
lihat. Banyak manusia normal memberontak minta di lepaskan. Tapi, dengan
berhati hewan, pekerja berseragam disana langsung menyentrumnya hingga pingsan.
Tanpa menunggu lagi, pekerja disana membawa pisau kecil dan melubangi kepala
bagian belakang manusia itu membentuk sebuah persegi.
Tepat berukuran 1×1
seperti cip yang ia bawa. Gumam Kendranata.
“Inilah yang mau aku
tunjukkan. Kita akan menyelamatkan manusia yang tersisa agar tak menjadi
zombie.” Ucap pria itu. Lantas, ia mengulurkan tangannya ke arah Kendranata. “
Nama saya Zikonard. Anda boleh memanggil saya Ziko.”
“Oke.”
Tiba tiba, suara
seperti peluit terdengar nyaring. Bersamaan dengan pintu inti yang terbuka
dengan menampakkan sosok arrogant bernama Regatrama. Para petugas disana
spontan belari. Dan, yang paling mengejutkan adalah, petugas disana malah
berlari ke arah Kendranata bersembunyi. Gadis itu panik hendak berlari. Tapi,
pria bernama Ziko itu malah mendorongnya ke arah petugas sambil menyeretnya ke
tengah.
Apa apaan ini?
Kendranata melihat ada seringaian di wajah
Ziko. Lantas, ia menyadari. IA DI JEBAK.
“Zikoooo!! Apa yang kamu lakukaaan?”
“Saya hanya melaksanakan tugas dari tuan
saya,nona.”
Kendranata menangis tak tau apa yang harus ia
lakukan. Hingga, ia tak dapat mengingat apapun lagi setelah ada yang menusuk
kepala bagian belakangnya dengan kuat. Ia berakhir.
“HAHAHA. AKHIRNYA! TAKDIR SANG TUAN PUTRI
BERADA DI TANGANKU! MATILAH KAU RAJA SENGGATA SIBUNG! KEKUASAANMU BERAKHIR
HANYA DI TANGANKU SEKARANG.” Suara kesenangan menggelegar kuat bersamaan dengan
hancurnya pagar besi di Pulau Jawa Area Timur.
Setelah 100 tahun pagar itu di buat, kini
sang makhluk mengerikan bisa masuk dan memakan apapun yang sudah terhalang
selama satu abad itu. Kunci penghancuran
yang tak di ketahui selama bertahun tahun kini terlihat sudah. Putri Kendranata
Sibung lah yang menjadi kunci runtuhnya pagar besi itu.
Akhirnya, Pulau Jawa Area Timur yang menjadi
tempat terakhir penyerbuan zombie telah
ditaklukan oleh Zikonard. Sang kaki tangan handal dari Regatrama yang berhasil
menguasai dua negara.
Regatrama mencoret area Jawa Timur dengan
darah milik putri raja disana. Menandakan jika sudah keseluruhan tempat menjadi
budaknya.
Dan inilah, Penghapusan
Pulau Jawa Terakhir Di Tahun 4040
SEMUANYA
HANYA FIKSI BELAKA. TIDAK MENYINGGUNG BEBERAPA NAMA DAERAH KARNA INI HANYALAH
SALURAN IDE YANG TERBENTUK MENJADI SEBUAH CERPEN BERGENRE SCIENCE FICTION.
Salam,
Dewi
Rahma Qorinah
*BIODATA DIRI
Nama Lengkap :
Dewi Rahma Qorinah
Jenis Kelamin :
Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir :
Gresik,30 Agustus 2001
Asal Sekolah :
SMK YASMU MANYAR GRESIK
Jurusan :
Administrasi Perkantoran
No. Induk : 3331/226.118
Alamat :
Sembayat. Jalan Pendopo RT 19 RW 05
Alamat Email :
Dewiqorinah12@gmail.com
No. Handphone :
083144455046
No comments:
Post a comment