Aku menyebutnya teman
baik. Dia memang teman yang baik. Sungguh! Sangat baik. Bahkan aku sangat takut
kehilangan teman baik seperti dia. Aku berharap, aku selalu bisa menjadi teman
baik dirinya. Untuk saat ini, dan sampai nanti.
Pertemanan dalam wikipedia bahasa Indonesia adalah istilah yang
menggambarkan perilaku kerjasama dan saling mendukung antara dua atau lebih
entitas sosial.
Sebenarnya siapa sih yang
pantas disebut teman baik? Bagiku, teman yang baik itu bukan teman yang selalu
mengajak makan di cafe atau restoran. Atau yang nangis bareng ketika nonton
drama korea yang endingnya meninggal? Baiklah... Mungkin itu adalah teman baik
versi anak muda zaman now. Eitss tunggu dulu, bukan berarti kita zaman old.
Kita sama seperti anak muda pada umumnya. Suka berkumpul sambil tertawa ria.
Tapi, kita berkumpul dengan satu tujuan yang sama yang membuat pertemanan ini
menjadi ‘’Tak Biasa’’.
‘’True friends bring us
till jannah’’ Aku selalu ingat kalimat itu. Coba ingat baik-baik, dalam
Al-Qur’an saja dijelaskan ‘’Manusia yang pantas disebut teman, sahabat, atau
saudara adalah yang membantumu dalam
kebaikan dan menasehatimu dalam keburukan serta bersabar di dalamnya’’.
Aku baru menyadari, bahwa aku baru menemukan teman baik. Teman yang selalu
mengingatkan untuk mengerjakan tugas. Bahkan, selalu mengingatkan untuk
melaksanakan sholat sunat, seperti dhuha juga tahajud. Tak jarang, dia selalu
mengajakku untuk melaksanakan puasa sunat bersama. Dia memang teman baik.
Selalu mencegah ketika aku akan berbuat
kesalahan secara yang disengajakan seperti; berbohong. Sungguh! Dia memang
teman yang baik. "Etsss, inget bohong itu dos...sa. Allah pasti
mar..rah" Itu yang selalu dia ucap ketika aku akan berbohong.
Apa kalian tahu siapa
teman baik yang aku tulis di atas?
Namanya Hendri Mchnr.
Jujur, aku tidak tau kepanjangan dari Mchnr. Ingin bertanya, tapi jika menjadi
pertanyaan, takutnya tidak penting. Jika kalian bertanya kenapa tidak lihat di
akun media sosialnya saja. Akan kujawab, nama akun di media sosialnya pun sama,
Hendri Mchnr. Kenapa tidak lihat absen kelas atau kartu pelajarnya? Ahh itu
yang membuatku malas, lagipula aku tidak sekelas dengannya. Kalau hanya sekedar
untuk melihat nama kepanjangannya aku selalu menyepelekan ‘’Nanti aja kalau
bertemu" dan itu salah satu sifat yang buruk yang harus aku basmi.
Hendri itu tipikal orang
yang... Yaa Tuhan... sulit banget mendeskripsikan tentang Hendri. Pokonya,
orangnya itu supel. Kalian tau senyum pepsodent? Nahh itu Hendri banget. Kalau
dalam bahasa Sunda disebut Suranyeh. Apalagi
kalau senyum, halisnya keangkat satu, sumpah.. suatu kebahagiaan yang hakiki.
Bagiku, Hendri juga seorang fotografer,
yang mencakup pembuat video, juga dokumentator yang keren, serta teman yang
baik tentunya.
Sabtu sore pukul lima. Aku
mengirimkan pesan pada Hendri untuk datang ke taman kota. Aku ingin mengajak
Hendri untuk mendongeng bersama anak-anak jalanan.
‘’Siap na! Nanti habis
magrib aku berangkat’’ Balasnya
‘’Jangan habis magrib
hen!’’ Sedikit kesal memang, tapi aku tidak memaksakan.
‘’Ehh na, belum mandi. Yaa
sudah, nanti berkabar mau mandi dan siap siap dulu’’
‘’Padahal tidak apa-apa
belum mandi juga, pakai celana kolor juga tidak masalah’’ Aku sedikit memaksa.
Kenapa? Karena hari ini anak-anak jalanan sudah berkumpul dan aku menjanjikan
kalau Hendrilah yang akan mendongeng.
‘’Teh.. Kenapa temannya
lama. Mending teteh aja yang mendongeng, kan biasanya teteh’’ Ucap salah satu
anak. Waktu menjelang magrib masih setengah jam-an lebih. Sedikit kasihan
memang pada anak-anak yang menunggu sejak tadi. Tidak ada pilihan lain, aku
lagi yang mendongeng. Ahhh... seharusnyakan Hendri yang mendongneg.
Ternyata bukan Adis-lah yang mengembil berlian milik
bosnya itu. Dan curug itu dinamakan curug Adis. Tamat
Ohh iya. Aku suka membaca,
belum lama sih.. tapi aku tularkan virus membaca pada Hendri. Aku juga suka
menulis, aku tularkan, tapi sayang, Hendri belum terlalu tertular virus
menulisku. Tulisan ini pun untuk Hendri. Sebuah tulisan pendek uangkapan
terimakasih, bangga, dan tentunya bahagia bisa berteman baik dengan Hendri.
Sama seperti menulis, aku suka mendongeng.. tapi aku masih belum bisa
menularkan sepenuhnya virus mendongengku pada Hendri. Mungkin nanti.
Adzan magrib berkumandang,
Hendri masih saja belum datang. Aku memutuskan untuk sholat di Mesjid Agung
Tasikmalaya. Sebelumnya, aku berburu sang senja. Selain suka membaca, menulis,
dan mendongeng, aku juga suka senja bahkan sangat suka senja. Warnanya seperti
energi. Memancarkan cahaya yang kuat, tapi lama kelaman redup. Warna merah
bercampur keorange-orange-an membuat warna itu menjadi jingga. Apalagi bila
menulis, ditemani secangkir es teh manis dan pisang panggang alun-alun dan
sepotong senja menjadi satu kesatuan yang sangat menyatu.
Setelah sholat, aku
kembali lagi ke taman kota. Dan Hendri masih belum juga datang ‘’Yaa Tuhan...
ini anak korupsi waktu banget. Tapi tak masalah, harus sabar menunggu, karena
orang sabar disayang Tuhan Allah ta’ala’’ Gumamku.
Kalian tau tidak. Dari
awal masuk taman, Hendri sudah mengeluarkan jurus senyum pepsodentnya, dan itu
yang mmebuat aku suka dari Hendri. Tersenyum. Bukankah dalam H.R At-Tirmizi
sudah diriwayatkan ‘’Senyumanmu di hadapan sauadaramu adalah sedekah’’. Senyum
Hendri dengan satu halis yang terangkat satu.
Baru juga sampai dan baru
saja dirinya duduk, Hendri langsung meminta maaf karena ngaret. ‘’Ngaret itu
sudah biasa. Tenang saja’’ Ucapku. Kalaupun aku meminta padanya untuk
mengembalikan waktu, tidak akan mungkin bisakan, jadi lupakan soal korupsi
waktu atau ngaret itu.
Kita mengobrol cukup lama.
Maaf, bukan mengobrol maksudku, tapi lebih tepatnya berdiskusi bersama. Disana
juga aku dan Hendri berdiskusi dengan anak perpustkaan yang ngelapak dan
beberapa orang dari komunitas skateboard. Ada tawa dianatara diskusi itu. Dan
ada tujuan yang sama anatara aku dan Hendri. Mungkin saja di luar sana banyak
generasi muda yang sama seperti kita berdua, memiliki tujuan yang sama. Aamiin.
Jika kalian bertanya apa tujuan kita berdua? Kita ingin kota ini menjadi lebih
baik. Tidak ada lagi anak yang putus sekolah gara-gara orangtua tidak punya
biaya, seperti salah satu anak jalanan yang tadi. Kota ini bebas sampah. Kota
ini tuh indah, sayangnya ada beberapa opnum yang membuat kota ini tidak terlihat
indah dan cantik. Aku dan Hendri ingin memperbaiki itu semua. Karena kitalah
generasi muda yang akan memajukannya.
Sudah cukup puas diskusi
sabtu malam kali ini. Aku mengajak Hendri untuk pergi ke kuliner malam ‘’Mambo
Kuliner’’ Tempatnya tidak terlalu jauh dari taman kota, berjalan sedikitpun
sudah sampai. Kalau ibarat lagu sih, lima langkah..
Membeli awug. Do you know
Awug? Aku garuk-garuk kepala, padahal tidak gatal. Ternyata Hendri tidak tau
awug!! Jadi. Awug adalah makanan khas sunda terbuat dari tepung beras, kelapa
parut, aroma dari daun pandan yang ditambah gula merah dan yang paling
menentukan enak atau kurang enaknya awug adalah pengukusannya. Biasanya dikukus
di dalam aseupan dengan beralasakan
daun pisang. Itu tentang awug. Setelah berkeliling melihat jajanan yang
bermacam-macam, dan jam yang melingkar di lengan kananku sudah menunjukkan
pukul sepuluh lewat, jadi memutuskan untuk pulang. Hendri menawariku untuk
pulang bersamanya. Padahal bagian paling asik adalah, berjalan dari taman kota
ke rumah. Menikmati suasana malam di kota yang penuh dengan cerita.
Sebenarnya tulisanku untuk
Hendri masih cukup panjang. Gema takbir malam hari Raya Idul Adha, saat Hendri
menungguku sampai dua jam lebih pun belum aku tuliskan. Ketika aku, Hendri, dan
satu manusia lagi bernama Raflli muter-muter di dalam rumah sakit dan berencana
masuk kamar itu? Itu sebuah cerita yang belum aku tulis juga. Tapi nanti
mudah-mudahan aku bisa tulis. Aamiin. Sampai bertemu ditulisan selanjutnya. Terimakasih
telah membaca.
*BIODATA DIRI
Nama
Lengkap : Ratna
Maulidya
Jenis
Kelamin : Perempuan
Tempat,
Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 12Juli
2000
Asal
Sekolah :
SMK Negeri 1 Kota Tasikmalaya
Jurusan : Administrasi
Perkantoran
No.
Induk :201600241
Alamat : Jalan
Bebedahan 2 No 108 Belakang Pengadilan Agama
Alamat
Email :
ratnamaulidya07@gmail.com
No.
Handphone :082214627525
No comments:
Post a comment