Judul Film : Stip & Pencil
Produser : Manoj Punjabi
Sutradara : Ardy Octaviand
Penulis : Joko Anwar, Ernest Prakasa, Beno Raja Gukguk
Pemeran : Ernest Prakasa, Tatjana Saphira, Indah Permatasari, Ardit Erwandha
Tayang : 19 April 2017
Durasi : 99 menit
Genre : Drama, Komedi
Produser : Manoj Punjabi
Sutradara : Ardy Octaviand
Penulis : Joko Anwar, Ernest Prakasa, Beno Raja Gukguk
Pemeran : Ernest Prakasa, Tatjana Saphira, Indah Permatasari, Ardit Erwandha
Tayang : 19 April 2017
Durasi : 99 menit
Genre : Drama, Komedi
Bagi beberapa orang yang mungkin
berada di garis kemiskinan, sekolah mungkin bukanlah hal yang penting. Tak
sedikit orang tua yang mungkin beranggapan bahwa sekolah hanya membuang buang
uang dan waktu, sehingga lebih baik waktunya di pakai untuk mencari uang,
apapun caranya entah itu dengan mengamen, berjualan, atau mungkin meminta minta
agar bisa menghasilkan lebih banyak uang. Padahal, tanpa mereka sadari, anak-anak mereka berhak untuk hidup lebih layak. Dan
pendidikan adalah salah satu jalan keluar bagi mereka untuk hidup lebih layak.
Bagaimana mungkin mereka bisa hidup layak, jika membaca dan menulis saja tidak
bisa?
Ketika menelisik lebih dalam tentang
problematika ini pastilah akan menggugah kita untuk ikut merasa geregetan, setidaknya rasa empati pastilah terbesit dalam diri kita. Seperti
itulah kiranya yang diinginkan oleh sutradara dalam film ini untuk menggiring opini penontonnya.
Film yang awalnya saya kira hanya komedi biasa yang tak memiliki pesan apapun, ternyata mampu merubah mindset saya.
Pandangan saya. Walaupun tetap unsur komedi dalam
film ini sangat kental, begitu juga pesan yang disampaikan.
Toni (Ernest Prakasa), Aghi (Ardit
Erwandha), Bubu (Tatjana Saphira), dan Saras (Indah Permatasari) adalah anak
anak orang kaya yang dimusuhi anak anak di SMU sekolahnya, karena selalu merasa
sok jago dan songong. Padahal mereka sendiri menganggap orang-orang di
sekolah lah yang justru bersikap aneh dan memusuhi mereka, sehingga mereka
seolah terisolasi dari pergaulan di sekolah dan menguatkan satu sama lain.
Singkatnya mereka ber-empat ingin
membuktikan bahwa tidak semua anak orang kaya selalu buruk. Mereka ingin
diperhatikan dan bisa leluasa berteman dengan siapapun tanpa harus di-bully dan
diasingkan. Akhirnya mereka sepakat untuk ikut lomba dan menulis essay dengan
tema pendidikan untuk anak jalanan. Tak hanya menulis, mereka pun
berkeinginan untuk mewujudkannya dengan membangun sekolah darurat disalah satu
kampung yang ada di Jakarta.
Rintangan sudah siap menanti
perjalanan mereka, mulai dari perizininan, pandangan masyarakat sekitar,
anak-anak yang lebih memilih mencari uang daripada bersekolah, dan masih banyak
konflik dimunculkan dalam film ini. Tetap dengan unsur komedi yang apik dimainkan
oleh pemerannya. Karena memang kebanyakan dari pemeran film ini adalah seorang
komika atau komedian yang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya.Walaupun
dalam pelaksanaannya banyak halangan dari berbagai unsur, namun akhirnya mereka
dapat menghidupkan sekolah anak jalanan terlebih mereka juga mendapat
kepercayaan dan bantuan dari teman-temannya di sekolah.
Film ini sangat recomended
buat kalian penggemar genre komedi, terlebih pesan yang disampaikan juga
dapat menambah wawasan kita tentang kehidupan jalanan ibu kota. Marilah sejenak
menjadi penikmat film yang bukan hanya menikmati filmnya saja tapi dapat
menangkap isi pesan yang disampaikan. Banyak film komedi di Indonesia namun tak
banyak yang menapilkan sisi kehidupan sosial, termasuk film Stip & Pencil,
jangan sampai kelewatan menikmati alur cerita menarik didalamnya.
Oleh : Dimas Ayu
Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Oleh : Dimas Ayu
Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam
No comments:
Post a comment