Araaita.com - Akhir-akhir ini publik geger
karena sebuah puisi. Puisi yang dibaca oleh putri dari mendiang tokoh terkemuka, serta terhormat di mata masyarakat
Indonesia. Kini, masyarakat tak lagi memandang putri itu dengan hormat. Putri
tersebut tak lain adalah Sukmawati Soekarnoputri.
Di atas luasnya panggung, sesosok
wanita bergaun kebaya putih dan dibalut dengan kain coklat yang diselempangkan
di pundaknya tengah berdiri di tengah-tengah mata audien. Rambut yang berhiaskan
bunga putih serta kalung putih yang melekat dilehernya. Ia berdiri dengan tegap
namun tetap anggun hingga tak ada seorangpun yang dapat meremehkannya. Matanya
tajam menatap audien. Dengan sebuah kertas putih kecil yang ia selipkan di
tangannya. Ia mulai bersuara. Suara yang lantang dan tegas. Suara yang memecah
keheningan saat itu. Mata audien terfokus kepadanya.
Tanpa sedikit pun rasa
takut, ia lanjutkan ucapannya. Ia bacakan sebuah puisi. Puisi yang berjudul Ibu
Indonesia. Ia bacakan puisi itu dengan sebuah microphone. Microphone yang
tergenggam erat di tangan kanan nya. “Aku tak tahu Syariat Islam”. “Yang
kutahu, sari konde Ibu Indonesia sangatlah Indah, lebih cantik dari cadar
dirimu”. Itu sepenggal dari bait pertama puisi yang ia sampaikan. “Aku
tak tahu Syariat Islam”. “Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia sangatlah
Indah, sangatlah elok”. “Lebih merdu dari alunan adzanmu”. Sepenggal lain
dari puisi Ibu Indonesia yang ia lontarkan dengan lantang di panggung yang luas
itu.
Puisi yang dibacakan oleh
Sukmawati Soekarnoputri dalam acara peringatan “29 tahun Anne Avantie Berkarya
Indonesia Fashion Week” banyak kontroversi yang terjadi. Puisi yang memiliki
judul “Ibu Indonesia” itu merupakan originalitas dari pemikirannya, jadi puisi
tersebut asli buatannya.
Tak hanya di dunia nyata, dunia
maya pun tak mau kalah dalam mengomentari puisi tersebut. Banyak masyarakat
yang mengecam dan merasa tak suka. Banyak komentar negatif yang dilontarkan
secara frontal di publik dunia maya. Bahkan banyak yang beranggapan bahwasannya
Sukmawati Soekarnoputri bukanlah seorang muslim, melainkan seorang atheis.
Banyak pula yang menganggap bahwa ia tak tahu apapun soal syariat-syariat
Islam.
Dalam puisi tersebut, banyak
sekali bait-bait serta syair yang dirasakan kurang pantas dipakai. Hal tersebut
dapat langsung didengar di bait pertama dari puisi tersebut. Bait pertama
tersebut berisikan “Aku tak tahu Syariat Islam”. Dari bait pertama saja
telah dapat menarik perhatian karena dinilai mangandung unsur SARA.
Selain bait pertama, hal yang
sangat menarik perhatian adalah baik yang mengisyaratkan bahwa sebuah cadar tak
lebih baik dari sebuah konde atau gelung rambut yang biasa dipakai kalangan
wanita jawa. Hal lain yang menjadi sorotan publik adalah ungkapannya “Yang
kutahu suara kidung ibu indonesia sangatlah Indah, sangatlah elok” “Lebih merdu
dari alunan adzanmu”. Ia menganggap bahwa suara dari sebuah kidung (tembang
jawa) dapat lebih indah dari sebuah suara azan.
Banyak warganet yang merasa kesal
dan tak suka dengan ungkapan tersebut. Tak sedikit dari mereka yang membalas
puisi tersebut dengan puisi pula. Banyak pula yang memperbincangkan mengenai
kontroversi dalam puisi tersebut. Dan tak sedikit pula yang membuat parodi dari
puisi tersebut.
Dalam sebuah wawancara yang telah
dilakukan oleh salah satu stasiun televisi swasta yang ada di Indonesia,
Sukmawati Soekarnoputri telah memainta maaf sebesar-besarnya kepada seluruh
umat Islam dan masyarakat di Indonesia.
Sukmawati memberi klarifikasi
bahwasannya ia membuat puisi tersebut sesuai dengan tema yang diangkat dalam
kegiatan tersebut. Ia membuat puisi tersebut diambil dari sudut pandang seorang
seniman, bukan dari sudut pandang seseorang yang agamis.
Sebelum puisi itu dilontarkan
pun, ia mengatakan bahwa puisi tersebut terdapat di dalam sebuah bukunya yang
berjudul Kumpulan Puisi Ibu Indonesia. Buku tersebut telah terbut pada tahun
2016, sedangkan kontroversi puisi tersebut baru saja terjadi di 2018. Lalu,
dimanakah para pengecam selama dua tahun ini? Buku yang telah diterbitkan
selama dua tahun dan berisi puisi tersebut tidak mendapat sebuah kecaman.
Sedangkan saat baru dibacakan, barulah menuai berbagai kecaman.
Puisi yang sebelumnya ia buat
agar ia lebih dapat memahami Ibu Indonesia kini malah membuatnya menjadi
sorotan publik. Hal tersebut malah berbalik menjadi sebuah bom baginya. Ibu
Indonesia malah tak sedikit yang membalas ungkapannya dengan sebuah puisi yang
mana mereka tak terima bahwa sebuah konde dapat disandingkan dengan cadar, dan
sebuah nyanyian dapat disandingkan dengan lantunan azan. (Dimas)
No comments:
Post a comment