doc. istimewa
Araaita.com, SIDOARJO –
sekitar 20 orang yang terdiri dari mahasiswa dan anggota dari PC IPNU Sidoarjo
telah mengikuti serangkaian acara Suluk Matan (Sultan, red) 1 Sidoarjo pada
Sabtu (5/5) pagi hingga malam hari, bertempat di Pondok Pesantren Hikmatul Huda
Kauman, Kedungcangkring, Jabon, Sidoarjo.
Sultan 1
Sidoarjo yang mengusung tema “Thoriqoh dan Aswaja Sebagai Pondasi Arah Gerak
dalam Beragama, Bermasyarakat dan Berbangsa” tersebut diselenggarakan sebagai
langkah awal untuk memantapkan intelektual yang spiritual dan cinta tanah air
lahir batin, yakni melalui pengamalan leadership, kebangsaan, aswaja dan thoriqoh
yang diajarkan pada materi materi acara Sultan 1 tersebut.
Sekretaris PW
MATAN Jawa Timur, Ahmad Miftahul Haq, yang berkesempatan menjadi narasumber pada Sultan 1 itu menyampaikan, bahwa acara ini juga diselenggarakan sebagai
langkah awal mempelajari perspektif keilmuwan bagaimana menata dhahir dan batin
untuk kemajuan bangsa dan negara nantinya.
“Sebagai
pengamal thoriqoh, santri yang muhibbin 'orang-orang yang sangat mencintai dan
merindukan sosok makhluk ciptaan-Nya yang paling mulia, Rasulullah SAW' dan
siswa yang mempelajari tentang kemahaan dalam MATAN ini, mempelajari tentang
sisi dhahir dan batin untuk kemajuan bangsanya,” tuturnya.
Pada kesempatan itu
juga, M. Sirojul Chakim Syafi’i, ketua PC MATAN Sidoarjo masa bakhti 2018-2020
juga menambahkan, bahwa Sultan 1 ini tak lain juga diselenggarakan untuk mengenalkan
dan mengkader calon-calon pengurus Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al-mutabaroh An-Nahdliyyah
(MATAN, red) pada masa bakhtinya.
“Ini merupakan
motede pengkaderan MATAN,” ujar lelaki lulusan UIN Maulana Malik Ibrahim tahun
2018 tersebut.
Salah seorang
peserta yang mengikuti prosesi acara Sultan 1 dari awal hingga akhir ini,
mengaku mulai mengerti adanya ruang kosong dalam batiniah yang harus dipenuhi,
bukan hanya soal hard skill dan soft skill saja yang dikenal pada kuliah maupun
organisasi biasanya, namun spiritual pun juga sangat diperlukan.
“Jadi nggak
hanya kita akademis dan aktivis, tapi kita harus agamis. Ketiga itu harus seimbang,”
aku mahasiswa Universitas Sunan Giri Sidoarjo bernama Jamal, asal Bangkalan
tesebut.
Ada juga Andre,
salah satu mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam, UIN Sunan Ampel
Surabaya, mengatakan bahwa setelah mengikuti serangkaian acara Sultan 1 ini,
ia berkeinginan untuk lebih memperdalam
ilmu tasawuf, guna mendekatkan diri kepada Allah SWT.
“Minimal,
nantinya dalam kehidupan saya itu terhindar dari keburukan-keburukan atau dalam
perbuatan kita sehari hari gitu ya,” ujarnya.
Terkait peran
MATAN, bahwa peran MATAN dalam kehidupan kampus tidak lain untuk menangkis
banyaknya mahasiswa yang terjebak pada lingkaran rasionalisme, pragmatisme, dan
hedonisme yang disebabkan oleh kurangnya keseimbangan intelektual dan spiritualnya.
Hal ini senada
dengan Ahmad Miftahul Haq, bahwa ia mengatakan ada fenomena pada sebagian
mahasiswa sekarang, yang jika diteliti hanya menjalani kewajiban dan belajar
tentang perintah dan larangan saja, seperti halnya, hanya belajar pada perintah
shalat dan larangannya, bukan pada bagaimana khusyu’ dalam shalat itu sendiri. Jadi
menurutnya harus seimbang antara intelektual dan spiritual mahasiswa tersebut.
“MATAN muncul,
karena banyak sekali mahasiswa yang masih ada kekosongan pada dirinya,”
ungkapnya.
Selain Ahmad
Miftahul Haq, Chakim, ketua PC MATAN Sidoarjo pun berkomentar bahwa dalam MATAN
akan belajar tentang ilmu thoriqot yang merupakan bagian dari khazanah Islam
yang perlu untuk diketahui dan diamalkan oleh mahasiswa.
“Kemudian
menjadi salah satu cara untuk mahasiswa itu beragama dengan benar, kemudian
juga mampu menjalankan perannya secara proporsional,” ujarnya.
Chakim juga mengatakan bahwa kedepan, Sultan 1 Sidoarjo ini masih berlanjut hingga
Sultan 2 dan 3.
“Suluk MATAN 1
ini, ada sampai Suluk 3 nantinya,” ungkapnya saat diwawancarai wartawan
araaita.com di halaman PP. Hikmatul Huda (5/5) malam hari tersebut. (Bim)
No comments:
Post a comment