![]() |
Doc. Ning/Arta |
Araaita. com - Debat kandidat calon ketua dan
wakil ketua dema Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dengan tema
‘Membangun UINSA yang Berkompetensi dan Agamis’. Hadir dalam debat Pasangan Calon
(paslon) no urut 1, yakni Achmad Fatkhurrozi dan Moh Rizal Adityawan dan Pasangan
Calon (paslon) no urut 2, yakni Afif Ghulam Irfani dan M. Hasan Basri. Acara
tersebut berlangsung di salah satu gedung, yaitu gedung Self Access Center
(SAC) lantai 3 pada hari kamis (30/04/18).
Tepat pada pukul 13.00 WIB beberapa
partisipan dalam debat kandidat melemparkan pertanyaan pada paslon. Pertanyaan terkait bagaimana memanajemen
sistem yang baik.
Paslon no urut 1 dengan singkat
dan tegas menjawab, UINSA haruslah bersinergi dan mengatur dengan sistem
manajemen Planning, Organizing, Actuating, dan, Controlling (POAC).
“Bersatu, berbhakti, dan
bersinergi dengan melibatkan seluruh elemen kampus, seperti SEMA, DEMA, dan
mahasiswa, serta membangun UINSA kedepannya dengan solusi tepat, yaitu berbasis
sistem manajemen yang baik dengan perencanaan yang matang dalam membuat
kebijakan-kebijakan di kampus. Mengatur seluruh program yang ada di kampus, menjalankan
program sesuai dengan diharapkan, dan mengawas program sesuai dengan yang
diharapkan,” jelasnya saat diwawancarai oleh wartawan Araaita.com.
Sedang dengan lugas paslon no
urut 2 menjawab, melakukan program-program dengan baik, prinsip kelembagaan,
dan DEMA-U bersih, yaitu melakukan pemeriksaan dan pembukuan tentang keuangan.
“Tata kerja dengan prinsip
kelembagaan sebab ini suatu organisasi bukan paguyuban yang memiliki aturan dan
struktural. Justru, tugas SEMA harusnya mengawasi jalannya program-program yang
dilakukan DEMA,” ungkapnya kepada wartawan Araaita saat usai debat.
Lanjut, ia mengatakan bila nanti dirinya
terpilih. Kemudian, terdapat kesalahan yang diperbuat. Maka, SEMA dapat
melakukan tindak tegas, seperti mengkritik dan mengingatkan. Bahkan, bila
kesalahan itu fatal. SEMA dapat mengadakan sidang istimewa pergantian presiden.
Pertanyaan dari partisipan tersebut, kini
berlanjut pada sesi pengajuan pertanyaan antar sesama paslon. Diawali dengan
pertanyaan yang dilempar oleh paslon no urut 1 kepada paslon no urut 2.
Pertanyaan tersebut perihal bagaimana mengatur Dana Pengembangan Pembangunan
(DPP) yang memang sering kali terjadi konflik, seperti halnya dana yang
tak kunjung cair.
Pasangan Afif Ghulam Irfani dan
M. Hasan Basri dengan tenang menjawab, mengatur DPP dengan memberi masukan
kepada rektorat dan sistem kerja yang mandiri dan solid dengan prinsip terbuka
dan transparan.
“Kami akan menyampaikan kendala
dan kesulitan yang terjadi di lapangan serta kebutuhan yang dibutuhkan oleh
organisasi atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), serta sistem kelola keuangan
yang terbuka. Organisasi mahasiswa ataupun UKM diperbolehkan untuk melakukan
pemeriksaan terkait keuangan sesuai dengan prosedur,” jelas Afif.
Afif juga mengatakan bila dirinya
nanti terpilih menjadi DEMA-U dan saat kepemimpinannya terjadi permasalahan
terkait DPP yang tak kunjung cair, ia akan melakukan advokasi dan mencari tahu
apa sebab terjadinya permasalahan tersebut secara objektif. Sebab, hal itu
memang permasalahan sebab-akibat yang tentu memiliki alasan atau sebab
terjadinya. Kemudian, memberi penjelasan kepada rektorat bahwa organisasi dan
UKM membutuhkan dana juga untuk menjalankan program.
Pertanyaan selanjutnya, diajukan
paslon no urut 2 kepada paslon no urut 1. Pertanyaan tersebut mengenai
demokrasi yang ideal yang dapat diterapkan di UINSA. Pasangan Achmad
Fatkhurrozi dan Moh Rizal Adityawan tanpa membuang waktu lama paslon no urut 1 menjawab, demokrasi yang ideal ialah pentingnya melibatkan seluruh elemen kampus,
misalnya dalam debat kandidat ini. Selain, melibatkan seluruh elemen tentu juga
bersinergi, membuat kebijakan yang berlandaskan hukum, dan mengedepankan
kesepakatan bersama.
“Demokrasi yang sebenarnya, yaitu
tidak mementingkan sebelah pihak. Keputusan diambil dari semua pihak dan
mengambil kebijakan-kebijakan berlandaskan hukum yang sesuai dengan sosok
negara. Tanpa mengambil hukum-hukum yang menguntungkan. Oleh karena itu,
mengambil hukum-hukum yang berasaskan keadilan,” jelas Rozi.
Berdasarkan data absensi panitia,
daftar partisipan-partisipan yang hadir dan terlibat dalam debat kandidat DEMA-U
2018, yaitu Dewan Eskutif Mahasiswa- Fakultas (DEMA-F), Senat Mahasiswa (SEMA),
Himpunan Mahasiswa Program Studi (HIMAPRODI), dan mahasiswa Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan (FTK), Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik (FISIP), serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI).
Paslon no urut 1 mengajak UINSA
untuk bersinergi dan berbhakti atau tidak sama sekali tanpa meminta imbalan, menjadikan
suatu bentuk aktualisasi diri mahasiswa yang merupakan agent of change dan agent of
control social dengan bersinergi dan berbhakti dengan hati nurani.
Namun, pertanyaan yang diajukan
paslon no urut 2 kepada paslon no urut 1 tersebut ditanggapi oleh Ketua Komisi Pemilihan
Umum Raya Mahasiswa (KOPURWA) Holili, baginya pertanyaan dari paslon no urut 2
sangat tidak tepat sebab dirasa tak bisa membaca mekanisme prasyarat dalam
demokrasi.
“Demokrasi kali ini adalah
demokrasi yang ideal. Dalam hal pertanyaan tentu semua memiliki hak untuk
bertanya mengenai demokrasi yang ideal. Tapi, pertanyaan tersebut lebih
tepatnya diajukan ke KOPURWA, MUSEMA, atau ke kepemimpinan,” ucapnya.
Khoirun nisadiah fitri dianti mahasiswi
semester 4 prodi Pemberdayaan Mahasiswa Islam (PMI) juga mengatakan, seluruh
pertanyaan yang diajukan paslon tidak jelas dan juga pertanyaan yang diajukan
paslon no urut 2 kepada paslon no urut 1 mengenai bagaimana demokrasi yang
ideal di kampus, yang mana harusnya pertanyaan tersebut lebih tepatnya ditanyakan
kepada KOPURWA.
“Seharusnya paslon itu mengajukan
pertanyaan antara sesama dengan bentuk pertanyaan terkait bagaimana visi dan
misi mereka, program apa saja yang akan direalisasikan kedepannya bila paslon
terpilih, dan bagaimana sistem kerja program-program yang ada atau dibentuk
dengan sesuai kondisi di kampus bila terpilih,” pungkasnya. (Ning)
No comments:
Post a comment