Fokus: Narasumber saat menjelaskna Dis-Misinformasi (Dok. Arta/Rafika)
Artaaita.net - Sabtu (21/8), Trainer dari Google Sekaligus
perwakilan dari Aliansi Jurnalis Independent (AJI) Manado, Yinthze Sofline
Lingkan Gunde, dalam workshop Hoax Busting And Digital HygieneI menjelaskan
perang melawan Disinformasi dan Misinformasi.
Menurutnya, Disinformasi sendiri merupakan berita dengan informasi hoax
yang disampaikan oleh orang yang sebenarnya orang itu tau akan berita yang
disebarkannya itu bohong, sedangkan untuk Misinformasi yaitu informasi hoax
yang disebarkan oleh seseorang tanpa orang tersebut mengetahui kebenarannya. Ia
juga menjelaskan tujuh hal yang harus dilakukan untuk melawan Dis-Misinformasi,
yakni:
Pertama, cek alamat
situs dari media yang mengeluarkan berita dan bandingkan berita tersebut dengan
media lainnya untuk melihat kesamaan dari data yang dipaparkan.
Kedua, lihat detail
visual seperti platform dari media tersebut untuk melihat apakah media
tersebut asli ataukah meniru dari media besar seperti NBC yang padahal media
tersebut tidak memiliki cabang di Indonesia.
Ketiga, iklan yang
muncul ketika sedang membaca berita, maksudnya jika blog dari berita tersebut
banyak iklan maka kemungkinan media tersebut menulis berita yang menarik
pembaca sehingga banyak dikunjungi yang kemudian mendapat reward dari Google
dengan menaruh iklan di blog tersebut dan mendapat keuntungan dari Google
Adsense, yang berarti tersebut
kemungkinan benar dan dapat dipercaya.
Keempat, perhatikan
pakem media dengan cara memperhatikan berita-beritanya, narasumbernya dan
mempunyai kredibilitas, apakah media tersebut menyertakan identitas dari
medianya atau tidak seperti susunan redaksi, biodata lengkap, dan sebagainya.
Kelima, cek About Us,
apakah media tersebut memuat Undang-undang Pers, Kode Etik Pers, Badan Hukum Pers, dan
sebagainya.
Keenam, sensasional,
dengan penulisan judul-judul yang diminati orang akan membuat suatu
ketertarikan tersendiri.
Terakhir, cek situs mainstream, apakah situs media yang kita buka
merupakan situs pada umumnya ataukah ada keganjilan dalam domain situs media
tersebut seperti halnya kasus pada domain detiknewsmanado.com dengan
detiknews.com padahal keduanya tidak berafiliasi. Dan dapat dikatakan bahwa
detiknewsmanado.com tidak benar.
“Tujuan mengenal Dis-Misinformasi
ini agar bagaimana cara kita dapat menyikapinya, khususnya dunia digital dan
yang paling penting mampu melakukan klarifikasi mandiri atas informasi yang
kita dapat,” pungkasnya, wanita berambut pirang tersebut, saat menjelaskan
materi di ruang sidang rektorat lama, Fakultas Pesikologi dan Kesehatan (FPK),
Universitas Islam Negeri Surabaya (UINSA). (uma/rwm)
No comments:
Post a comment