Duduk: Kedua pemateri sedang duduk saat sesi tanya jawab (Kiri) Aan, di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jumat (1/11) (Doc: Arta/Fika)
Araita.net – Koordinator Jaringan Islam Antidiskriminasi (JIAD), Aan Anshori
menjelaskan mengenai humanisme Gus Dur yang welas asih dan memaafkan orang lain, dalam acara Diskusi Hari Santri Nasional yang mengangkat tema Ngaji Humanisme
Islam (Gus Dur), di Aula Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK). Jumat (1/11)
Pria yang kerap disapa Aan atau Anshori ini, menjelaskan mengenai
humanisme yang dilakukan oleh Gus Dur. Menurutnya humanisme seorang Gus Dur, cara
pandang seseorang yang didasarkan pada dua pilar penting. Pilar pertama,
meyakini bahwa setiap orang itu baik. Pilar kedua, jika ada persoalan,
penyelesaiannya dengan akal sehat.
“Jadi humanisme nya Gus Dur menurut saya, ia berpijak satu kaki
bahwa setiap orang pada dasarnya baik dan problem penyelesaiannya dengan
pendekatan secara akal bukan secara
agama," ujar Aan.
Selain itu, ia juga menjelaskan asal dari humanisme. Humanisme
berasal dari dua nama lain Allah yang terdapat dalam kalimat
Bismillahirrahmanirrahim, yakni Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Ia melacak makna dari
dua nama tersebut dengan bahasa inggris. Dan mengetahui makna dari Ar-Rahman compasionate
(pengasih), dan Ar-Rahim merciful (penyayang).
Compasionate sendiri, a very polite way to respect others,
maksudnya kita harus selalu berlaku sopan kepada siapapun, tidak memandang baik
buruknya seseorang untuk menghormati orang lain.
“Ketika menyebut bismillahhirrohmanirrohim ia menyebut dengan nama
Allah yang Maha Pengasih, jadi untuk menghormati orang lain dengan cara yang
sopan,” ungkap Koordinator JIAD.
Sedangkan merciful, kind or forgiving treatment of someone who
could be treated harshly. Maksudnya kita harus lebih memilih untuk memanfaatkan
seseorang walaupun kita mampu untuk membalas perbuatannya dengan lebih kasar.
Kedua nama Allah tersebut menurut Aan adalah humanisme yang
diterapkan oleh Gus Dur. Ia bercerita ketika pada pada jaman Soeharto,
dimana Soeharto tidak menghargai dan cenderung meremehkan Gus Dur, dan
ketika Gus Dur menjadi Presiden, orang pertama yang didatangi Gus Dur ialah Soeharto. Hal tersebut salah satu sikap humanisme yang dilakukan oleh Gus Dur.
“Humanisme Gus Dur mengatakan bahwa setiap orang itu baik, jadi Gus
Dur lebih memilih memaafkan timbang membalas. Jadi humanisme Gus Dur
mengajarkan kita welas asih,” pungkasnya. (fkn/rwm)
No comments:
Post a comment