Reporter : Fauziyah Ikrimah
Editor : Fika Khoirotun Nisak
Editor : Fika Khoirotun Nisak
![]() |
(Tangkapan layar foto Dr. Joni Wahyuhadi, dr., Sp.BS(K), Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur) |
Araaita.net - Mengahadapi strategi new normal akibat pandemi, Ikatan
Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur (Jatim) beserta Fakultas Dakwah dan
Komunikasi (FDK) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya berkolaborasi dalam menyelenggarakan seminar online melalui media Zoom, Senin (13/7). Dr. Joni Wahyuhadi,
dr., Sp. BS(K) selaku Satuan Gugus Tugas (Satgas) Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim
menjadi salah satu pembicara pada seminar online ini.
Dalam menyampaikan materinya Joni Wahyuhadi memaparkan data grafik mengenai peta penularan Covid-19 dari berbagai Negara.
![]() |
(Tangkapan layar data grafik dari Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur terkait peta persebaran penularan Covid-19 di berbagai negara) |
Dalam data tersebut, sampai hari ini Negara Indonesia masih dalam
fase kritis dengan grafik penularan Covid-19 yang meningkat. Joni juga mengungkapkan
bahwa grafik Covid-19 di Indonesia sering naik turun karena disebabkan minimnya
kesadaran masyarakat untuk menaati protokol kesehatan serta kurangnya konsistensi
metode pengendalian terhadap kasus Covid-19 ini.
“Grafik penularan Covid-19 di Indonesia ini seperti gergaji naik
turun terus, kalau grafik turun dianggap sudah selesai, tapi malah
sekarang kasusnya naik lagi,” ungkapnya.
Selain itu, Joni juga memaparkan data statistik dari Satgas
Percepatan Penanganan Covid-19 terkait kasus positif Covid-19 yang ada di Jawa Timur per 12 Juli 2020.
![]() |
(Tangkapan layar data statistik dari Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 terkait kasus positif Covid-19 yang ada di Jawa Timur per 12 Juli 2020) |
Joni menyebutkan bahwa tingginya kasus Covid-19 di Jawa Timur
dikarenakan attack rate atau jumlah pasien yang positif Covid-19 per
100.000 penduduk terus bertambah. Pasien positif terbanyak di Jawa Timur berasal
dari Kota Surabaya dengan attack rate 254,9 per 100.000 penduduk. Melihat
kasus Jawa Timur yang tinggi, Joni menganjurkan masyarakat untuk tetap berhati-hati
dan tetap menaati protokol kesehatan yang ada, seperti mengenakan masker, cuci
tangan, social distancing maupun physical distancing.
“Kasus positif di Jawa Timur hampir dua kali melebihi kasus
nasional. Dan kalau kita hidup di Surabaya itu lebih tinggi lagi kasusnya
hampir lima kali lipat, luar biasa banyaknya. Jadi proteksi diri itu mutlak,
kita harus benar-benar berhati-hati,” paparnya.
Joni juga memberikan data statistik yang diperoleh dari Satgas
Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim mengenai tingkat ketaatan masyarakat Jawa
Timur khususnya Surabaya terhadap protokol kesehatan saat masa
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga pasca PSBB.
![]() |
(Tangkapan layar data statistik ketaatan protokol kesehatan masyarakat Jawa Timur pada masa PSBB Tahap 2, 19-23 Mei 2020) |
![]() |
(Tangkapan layar data statistik ketaatan protokol kesehatan masyarakat Jawa Timur sesudah PSBB, 24-26 Juni 2020) |
Joni mengatakan menurut data pertama yang diambil pada bulan
Mei (masa PSBB) prosentase masyarakat yang tidak memperhatikan protokol
kesehatan lebih besar dibandingkan dengan masyarakat yang peduli akan protokol
kesehatan. Namun, pada data kedua yang diambil setelah PSBB jumlah prosentase yang
tidak memperhatikan protokol kesehatan menurun dibanding data pertama.
“Memang ada perbaikan, tapi belum 100% memperhatikan
protokol kesehatan semua seperti memakai masker, cuci tangan, atau physical
distancing,” ujarnya.
Dalam hal ini, Joni mengungkapkan bahwa saat ini Pemerintah
Provinsi (Pemprov) Jawa Timur terus
berupaya dalam menekan kasus Covid-19 di Jatim. Joni mengatakan bahwa Pemprov
Jatim melakukan 3T sebagai bentuk mekanisme penanganan Covid-19. 3T tersebut
meliputi Test, Track, dan Treat.
Pertama adalah Test, Joni menyebutkan bahwa Test
yang dimaksud bukan hanya dengan melakukan Rapid Test atau Polymerase
Chain Reaction (PCR) saja. Namun, tes yang dilakukan juga harus secara
klinis dan secara radiologi kemudian dicek lagi di laboraturium. Joni juga
mengatakan bahwa dalam proses tes terdapat sebuah scoring. Ada scoring
ringan, sedang, dan berat apabila sudah berat maka pasien tersebut hampir
dipastikan positif Covid-19.
“Kita memiliki algoritma semacam scoring. Kalau sudah
dites rapid atau PCR ternyata negatif belum tentu dia tidak mengidap Covid-19.
Namun, apabila dinyatakan positif maka tindakan selanjutnya adalah isolasi,”
ungkap Joni selaku Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim.
Tahap selanjutnya ialah Track. Joni mengungkapkan
bahwa tes saja tidak cukup apabila tidak dilanjutkan dengan Tracking
atau isolasi karena Covid-19 merupakan penyakit menular. Dikarenakan para
pasien positif yang diisolasi tidak bisa bekerja maka harus ada Safety
Social Network (Treat). Joni menambahkan bahwa pasien positif
Covid-19 memerlukan perhatian dari lingkungan sekitar disaat menjalani isolasi.
“Kalau di Surabaya ada yang namanya Kampung Wani dimana
warganya men-support atau memberi bantuan pada pasien positif Covid-19
yang tengah diisolasi,” tuturnya.
No comments:
Post a comment